Datangi PLTA Koto Panjang, Warga Pemilik Keramba Tuntut Ganti Rugi

Datangi PLTA Koto Panjang, Warga Pemilik Keramba Tuntut Ganti Rugi
Warga Sedang Melakukan Aksi Demo di Depan Pintu Gerbang PLTA Koto Panjang, Senin (18/1)

RIAUTERBIT.COM--Massa dari tiga Desa, yakni Merangin, Pulau Terap, Kuok berjanji akan datang dengan massa yang lebih banyak lagi jika pihak berwenang di PLTA Koto Panjang tidak mempertimbangkan tuntutan mereka terkait ganti rugi akibat hanyutnya keramba-keramba ikan para petani akibat hantaman arus sungai Kampar yang meluap pada Sabtu (16/1) dini hari.

Benar saja, janji itu mereka tepati pada Senin (18/1). Sekitar 150 orang massa menyeruduk PLTA Koto Panjang untuk kembali menyampaikan tuntutan ganti rugi yang menurut mereka harus dipenuhi oleh pihak PLTA Koto Panjang dalam waktu yang tidak terlalu lama.

"Kami minta satu atau dua hari ini sudah ada jawaban," teriak Ihsan, Korlap massa aksi.

Menurut Ihsan dalam orasinya, kejadian ini telah membuat masyarakat petani ikan keramba rugi total. Katanya, modal berkeramba itu didapatkan warga dengan jalan berhutang ke pihak bank dengan menjaminkan berbagai harta berharga milik masyarakat. Seperti kebun, rumah, tanah.

Sambungnya, banyangkan saja, jika pihak PLTA Koto Panjang tidak mau mengganti rugi keramba masyarakat yang telah hanyut, maka bisa dipastikan aset yang dijaminkan masyarakat ke pihak bank akan disita.

"Kami sekarang jelas sudah bangkrut, mau makan pakai apa kami, anak-anak kami jelas tidak akan bisa sekolah lagi, mata pencaharian kami telap lenyap akibat kecerobohan penjaga dan operator pintu air PLTA," ujarnya lagi sambil disambut teriakan bergemuruh dari ratusan masyarakat lainnya.

Kata Ihsan lagi, PLTA Koto Panjang ini adalah milik PLN, sedangkan PLN adalah perusahaan negara, masa negara tidak punya kebijakan untuk melindungi rakyat kecil seperti para petani ikan keramba di sepanjang aliran sungai Kampar ini.

"Mohon bapak-bapak penguasa pikirkan nasib kami, kami ini rakyat kecil, kami makan dari usaha keramba ini, tolong bantu kami untuk melanjutkan hidup kami," ucapnya sambil memelas.

Namun, pihak berwenang di PLTA Koto Panjang, Sahminan Siregar, Manajer Operasional dan Pemeliharaan waduk PLTA  mengaku memahami derita warga para pemilik keramba ikan yang mengalami kerugian, tapi dirinya mengaku tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan terkait ganti rugi yang dituntut warga tersebut.

Ia mengatakan, akan menyampaikan tuntutan warga kepada atasannya. Untuk itu, dirinya memohon waktu kepada masyarakat untuk memberikan jawaban terkait tuntutan itu selama dua minggu.

Namun demikian, Sahminan Siregar meminta kepada masyarakat untuk mengajukan data ril terkait jumlah akurat kerugian masyarakat para petani ikan keramba.

"Mohon didata dengan akurat kerugiannya. Nanti biar saya laporkan ke atasan kami, kan tidak dengan kira-kira saja. Harus akurat dan ril," pintanya.

Pantauan di lapangan sejumlah massa terlihat begitu geram dengan pihak pengelola PLTA Koto Panjang. Bahkan beberapa petani ikan keramba sampai menangis saat berdemo.

Erwin misalnya. Dia tak tahu hendak berkata apalagi terkait kerugian yang telah dialaminya. Modal yang dia dapat dengan cara berhutang ke pihak bank kini telah lenyap bersama air bah Sabtu akhir pakan lalu.

"Saya habis pak, tamat semuanya. Hutang saya ratusan juta rupiah. Kami ini bukan orang kaya, kami orang miskin yang ingin merobah nasib. Tapi kini lenyap karena kecerobohan pihak PLTA," ungkapnya sambil terbata-bata.

Erwin mengaku, dirinya mengisi kerambanya yang berjumlah puluhan petak ini dengan ikan lele. Keramba lele miliknya berada di pulau mati Desa Pulau terap. Katanya, saat pagi hari dia mendatangi kerambnya dia begitu terkejut. Keramba miliknya telah disapu air sunga Kampar.

"Keramba saya diikatkan pakai rantai, tapi tetap hanyut, bisa dibayangkan kuanyat arus sungai yang menghantam,"terangnya.

Dia juga mengatakan, bahwa dirinya sudah hampir 10 tahun menekuni profesi sebagai petani ikan keramba, belum pernah terjadi kejadian yang buruk seperti Sabtu akhir pekan kemarin.

"Musim hujan ini kan terjadi tiap tahun, mengapa baru kali ini kejadian buruk seperti ini," tanyanya.

Aksi demonstrasi ini juga terlihat diikuti oleh H Kasru Syam, anggota DPRD Kabupaten Kampar dari Partai Nasdem. H Kasru ini juga merupakan tokoh masyarakat dan tetua adat di Bangkinang Barat dan sekitarnya.

"Saya tetap ikut mandampingi warga, agar mereka tetap tertib dalam menyampaikan tuntutan," ujarnya.

Namun, Ihsan juga menghimbau para petani ikan keramba di hilir seperti Salo, Bangkinang, Batu Belah, Air Tiris, Rumbio dan beberapa Kecamatan lainnya untuk melakukan tuntutan yang sama.

Untuk itu, Ihsan sangat membuka diri jika para petani ikan keramba di hilir ingin bergabung dengan kelompoknya.

"Saya sangat memahami perasaan dan keadaan mereka sekarang ini. Kita senasib dan sepenanggungan," imbaunya

Pantauan di lapangan, setelah diminta pihak pengelola PLTA Koto Panjang untuk melakukan pendataan terkait data ril kerugian para petani ikan keramba, massa yang berdemo kembali ke desa masing-masing dengan tertib untuk melakukan pendataan dengan dikawal puluhan personel kepolisian dari Polsek Bangkinang Barat yang dipimpin langsung oleh Kapolsek Aiptu Wan Mantazakka.

Hingga berita ini ditururnkan warga masih melakukan pendataan kerugian menyeluruh para petani ikan keramba di tiga desa tersebut. (NZ)

Berita Lainnya

Index