Darimana Asal-usul Kata Hoax?

Darimana Asal-usul Kata Hoax?

Akhir-akhir ini hoax masih menjadi perbincangan diberbagai media, hoax dianggap dapat meresahkan publik, karena informasi yang tersebar tidak bisa dipastikan kebenarannya. Seperti, baru-baru ini dunia Maya tengah dihebohkan karena konten YouTube dari seorang pemusik Erdian Aji Prihartanto (Anji) dengan Hadi Pranoto. Konten yang berisikan tentang penemuan obat Covid-19 tengah menjadi sorotan publik. 
Pasalnya, Aji selaku Publik Figure dianggap telah menyebarkan berita bohong (hoax) sebab, mewawancarai seorang narasumber yang kredibilitas dan  latar belakang keilmuannya masih diragukan. Dalam akun YouTubenya Anji membahas obat temuan Hadi yang diklaim bisa menyembuhkan penyakit dari virus Covid-19, hingga menjadi kontroversi. Keduanya dianggap telah menyebarkan berita bohong.

Masih banyak kasus hoax lainnya yang menyebar secara cepat. Hoax memiliki daya tarik sehingga semua orang dengan mudah tertipu. Gaya penulisannya yang seolah-olah benar membuat orang mudah percaya.
Berita hoax menimbulkan keresahan dan ketakutan disebagian masyarakat hingga menjadi sorotan nasional, melalui media massa yang tersebar. Lantas bagaimana asal-usul dari hoax?

Menurut KBBI, hoax mengandung makna berita bohong, berita yang tidak bersumber. Sedangkan menurut Silverman (2015), hoax merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi 'dijual' sebagai kebenaran. 

Berita bohong atau palsu atau lebih dikenal dengan hoax adalah informasi yang tersebar melalui media yang kebenarannya masih diragukan, namun informasi tersebut dibuat seolah benar adanya dan membuat pembaca mudah percaya dengan menampilkan bukti-bukti yang telah direkayasa.

Dalam buku yang berjudul Sins Against Science, Lynda Walsh menyebutkan istilah hoax atau kabar bohong adalah istilah dari bahasa Inggris sejak era industri. Diperkirakan pertama muncul pada tahun 1808.

Dalam buku More Word Histories and Mysteries: From Aardvark to Zombie, oleh Robert Mares yang dapa saat itu sebagai filolog Inggris menuliskan kata 'hocus pocus' sudah muncul pada 1600-an dianggap sebagai mantra yang diucapkan seorang penyihir atau pesulap pada zaman Raja James, Inggris.

Pada kala itu pesulap tampil di forum pengadilan Raja James. Mantra tersebut tercatat dalam A Candle in the dark, or a treatise on the nature of witches and witchcraft (1656) oleh Thomas Ady, selaku Fisikawan asal Inggris pada masa itu.

Thomas Ady menuliskan dalam bukunya, pesulap merapalkan sihirnya dengan mengatakan 'hocus pocus, tontus talontus, base celeriter jubeo.' Setelah sekian lama, mantra tersebut masih digunakan, tetapi dengan pengucapan yang berbeda yaitu 'hax pax max deus adimax.'

Mantra tersebut diduga sebagai tiruan dari pengucapan seorang pendeta Gereja Roma, ketika sedang melaksanakan ritual transubstansiasi. Di ritual tersebut, pendeta mengucapkan doa dari bahasa latin 'hoc eat corpus'.
Dalam buku Museum of Hoaxes, oleh Alexander Horse mengatakan hoax pertama diketahui yaitu Almanak atau Penanggalan Palsu oleh Jonathan Swift pada tahun 1709.
Pada saat itu, Jonathan meramalkan kematian dari astrolog John Patridge. Ia meyakinkan publik dengan cara membuat obituari palsu tentang Partridge pada hari kematiannya yang telah diramalkan. Ia mengarang informasi tersebut untuk mempermalukan Partridge di mata publik. Hingga akhirnya Patridge berhenti membuat almanak astrologi enam tahun setelah hoax beredar.

Dalam cacatan sejarah yang ada, hoax digunakan oleh pemimpin Revolusi Amerika, Benjamin Franklin dipakai untuk menipu publik yang sengaja dilontarkannya pada tahun 1745. Dari harian Pennsylvania Gazette (1745), mengungkapkan adanya sebuah benda yang disebut 'Batu China' yang dapat mengobati penyakit.

Batu tersebut dianggap dapat menyembuhkan penyakit seperti, rabies, kanker dan lainnya. Tetapi, hal tersebut diragukan karena Benjamin Franklin yang membuat standar verifikasi kedokteran, bukan para ahli kedokteran yang melakukan standar kesehatan semestinya.

Diketahui bahwa ternyata batu tersebut terbuat dari tanduk rusa biasa yang tidak memiliki fungsi medis lainnya. Hal tersebut terungkap dari salah seorang pembaca harian Pannsylvania Gazette yang dapat membuktikan tulisan dari Benjamin Franklin. Hoax terus terjadi beberapa kali sampai adanya Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat pada awal abad 20.

Selanjutnya, catatan historis dari 'Great Moon Hoax' (1835), New York Sun menerbitkan tentang penemuan kehidupan di bulan. Pada tahun 2006, 'Flemish Secession Hoax,' dimana Stasiun Televisi Publik Belgia melaporkan bahwa parlemen Flemish telah mendeklarasikan kemerdekaan dari Belgia, sehingga membuat sejumlah besar penonton salah paham. 

Hingga kini eksistensi hoax masih terus meningkat. Kabar-kabar palsu disebarkan guna untuk mencapai tujuannya masing-masing. Mulai dari sekedar mencari popularitas tertentu hingga tujuan yang sangat penting sekalipun seperti, politik praktis dari sebuah negara.

Dengan kecanggihan teknologi dan mudahnya mengakses internet dapat memperkuat sirkulasi hoax di dunia. Keberadaannya sangat mudah menyebar melalui media-media. Apalagi konten dari hoax biasanya diangkat dari isu-isu yang sedang ramai di tengah masyarakat, sehingga hal tersebut dapat memancing orang untuk membagikannya. 

Hingga saat ini, Indonesia juga berperang untuk melawan hoax. Oleh karena itu, sebagai  penyebar dan pembaca yang cerdas haruslah teliti dalam membagikan berita ataupun informasi supaya dapat mengurangi angka penyebaran hoax. 


Penulis : Gusti Herniyah Siregar (Mahasiswi UIN Suska Riau)

Berita Lainnya

Index