Amin, dari Kampar untuk Kampar I

Rabu, 06 Januari 2016 | 16:27:54 WIB
M Amin S Ag

Amin, dari Kampar untuk Kampar I 

 

Amin akan berjuang dan berjihad pada Pilkada Kampar 2017 nanti. Jihad dalam arti perjuangan berat untuk menduduki kursi panas Bupati Kampar dengan menyingkirkan wajah-wajah lama dalam perpolitikan di negeri Minanga Kampua.

Amin bukanlah orang asing bagi bumi Sarimadu, dia adalah putra asli negeri Muara Takus ini. Terlahir dari seorang anak kampung bernama Desa  Terantang, Kecamatan Tambang. Sebuah kampung di pinggiran sungai kampar yang senantiasa mengalir dan selalu menjadi saksi perjalanan anak negeri ini hingga akhir zaman.

Dalam petuah negeri bumi Sarimadu, pemimpin negeri ini selalu ditakdirkan lahir dari seorang yang telah meminum air sungai Kampar. sungai Kampar tidak hanya sebuah sungai bagi masyarakat Kampar, tapi lebih dari itu, sungai terpanjang di Sumatra ini adalah roh hidup negeri ini, sehingga bernama lah negeri dengan Kampar.

Amin, dari Terantang untuk Kampar, adalah sebuah takdir bagi negeri tersebut. Putra asli negeri ini yang menempa ilmu agamanya di Pesantren Darussalam, pondok pesantren yang dulu terdapat di Desa Batu Bersurat, dan kini telah pindah ke Desa Saran, Kecamatan Kabun, Rohul, akibat dari pembangunan pembangkit listrik tenaga air, PLTA Koto Panjang.

Sebagai seorang santri, Amin tentu sudah ditempa lama sebagai seorang muslim, sebagai seorang calon pemimpin masa depan Kampar. Sebagi seorang santri, Amin juga tak akan lupa untuk minta izin pada Buya pesantren yang memimpin pondok pesantren. Buya Alaiddin namanya.

Dukungan buya itu bukan berarti membawa pesantrennya berpolitik, tapi dukungan ini sifatnya umum. Setiap alumni akan mendapat dukungan dari Buya, apalagi bagi santri yang ingin berbuat bagi kemajuan umat dan daerah. Pasti mendapatkan dukungan dengan segala upaya dan doa, menjadi sesuatu yang Amat berharga Bagi Muhammad Amin S Ag dalam melangkah.

Doa restu sang Buya, lebih dari segalanya bagi perjalanan Amin menuju Kampar I. Buya tentu sebagai orang yang pertama akan mengingatkan Amin jika suatu saat ia menyimpang dalam mengemban amanah umat. Buya, seorang guru bagi seluruh umat di Kampar akan kita harapkan mengontrolnya Amin nanti, karena Buya pulalah orang yang paling dihormati Amin layaknya ia menghormati ayah dan ibunya.

Amin, dalam pertarungan super berat nanti  dirumorkan  akan head to head dengan istri Bupati Kampar, Jefry Noer, Eva Juliana. Jika benar pertarungan ini, maka akan terjadi duel panas lelaki vs perempuan. Pertarungan ini tidak hanya sebatas pertarungan politik merebut kursi bupati, tapi juga merupakan sebuah ujian bagi kekohan keyakinan masyarakat masyarakat Kampar terhadap paham agama yang masih kuat melekat bagi masyarakat Kampar yang agamis, hingga negeri ini dijuluki negeri serambi mekkah. Sosok Eva memang dikenal sangat dekat dengan masyarakat, namun, dalam kaitannya dengan keyakinan sebagian masyarakat terhadap kepemimpinan dalam islam, sangat mudah ditebak, bahwa bagaimanapun, mayoritas masyarakat islam tetap akan lebih percaya pada sosok lelaki ketimbang perempuan memikul amanah umat.

Oleh sebab itu, pertarungan Amin pada Pilkada nanti adalah pertarungan lelaki vs perempuan. Jika masyarakat lebih memilih Eva, berarti masyarakat Kampar sudah beranjak pada pola pemikiran yang berubah. Mengapa berubah ? Karena paham kepercayaan lelaki lebih layak jadi pemimpin daripada seorang perempuan sudah menjadi dogma yang melekat.

Amin akan diuntungkan oleh dogma dalam pertarungan merebut kursi Kampar I, jika benar tak ada calon lain yang juga ikut berkompetisi. Jika pun ada calon lain, dipresiksi kuat tidak akan bisa melebihi dominasi Amin vs Eva Juliana. Ada pun figur wakil, siapa pun wakil masing-masing, tentu lebih akan menguntungkan pihak Amin.

Bagi para alumni santri pesantren Darussalam, Saran, Kabun, perjuangan memenangkan Amin menjadi Bupati Kampar vs Eva Juliana adalah sebuah jihad. Disebut jihad karena alasan, bahwa dalam islam lelaki lebih afdol menjadi mpemimpin. Selama masih ada lelaki, maka kiprah kepemimpinan wanita dalam lingkup yang luas belum begitu mendapat tempat bagi paham keislaman masyarakat Kampar. Hal itu juga pernah terjadi pada pencalonan Septina Prima Wati, istri Ruzli Zainal pada Pilwako Pekanbaru lalu. Siapa yang  menyangkal kekuatan politik Ruzli di Riau, siapa yang menyangkal modal politik Prima Wati, tapi mengapa kalah ? Jawaban saya adalah karena Prima Wati seorang perempuan. Begitu juga yang akan terjadi dalam duel Amin vs Eva.

Sebagai Argumen, lihat saja, tak ada nabi yang perempuan, apalagi rosul perempuan, khalifah juga tidak ada yang perempuan. Pada fase dinasti Abasiyyah dan dinasti Umayyah tidak satupun juga gubernur dan bupatinya yang dijabat oleh seorang perempuan. Begitu juga perempuan tidak boleh menjadi imam dalam sholat berjamaah jika ada jamaahnya laki-laki. Jika masih ada laki-laki, maka laki-laki lah yang maju menjadi imam. Itu lah dogma yang saya maksud.

Belum lagi, kekuatan Amin selain kekuatan dogma itu, adalah seluruh lawan-lawan politik Jefry Noer juga akan merapat dengan gerbong Amin, menghimpun kekuatan melawan sang musuh, Jefry Noer.

jika pandai mengelola isu dan dogma ini, Amin akan dengan mudah mematahkan segala jurus-jurus pemenangan Eva Juliana. Belum lagi, keinginana masyarakat akan semangat semangat baru dalam perjalan kampar yang maju, sosok Amin adalah jawaban psikologis bagi masyarakat, seperti halnya dengan melejitnya sosok Jokowi menjadi presiden, masyarakat Indonesia tak peduli apakah Jokowi mampu memberi perubahan atau tidak, tapi yang penting bagi masyarakat menginginkan suasana yang baru dengan sosok yang baru. Itu pulalah yang akan dialami oleh masyarakat Kampar dalam memilih Amin ketimbang Eva.

Anda di gerbong mana ?Siapa duduk, siapa terduduk ? Kita tunggu ! Wallahu A'lam !

Terkini