Brigade PII Tuntut Keluarkan Inpres Pemutaran Film Pemberontakan PKI

Jumat, 09 Oktober 2015 | 17:29:12 WIB
Logo Brigade PII

JAKARTA , (RIAUTERBIT.COM)– Koordinator Pusat Brigade Pelajar Islam Indonesia (PII) mengadakan refleksi memperingati Pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) atau yang lebih kerap dikenal dengan nama G30 S/PKI dengan “nonton bersama” pemutaran Film dokumenter yang telah disiapkan oleh Dinas Penerangan Angkatan Darat,. Acara nonton bersama ini diadakan pada pukul 20.00 wib, di depan Sekretariat Pengurus Besar PII, Jalan Menteng Raya, Nomor 58, Jakarta Pusat (30/9).

Saiful Haris selaku Kepala Komunikasi Eksternal Korpus Brigade PII, menyampaikan bahwa, tujuan acara ini diadakan untuk refleksi kembali akan keganasan dan kebiadaban PKI, yang telah mengacaukan NKRI. Maka oleh sebab itu, harapan dengan adanya refleksi ini maka akan terbentuknya sikap waspada dalam diri masyarakat terhadap penyebaran paham Marxisme, Leninisme, Sosialisme, dan sejenisnya yang mempunyai ideologi tak bertuhan.

Paham-paham yang tidak bersesuaian dengan Pancasila di Negara Indonesia tidak diperbolehkan ‘ada’ sama sekali dan harus dibumi hanguskan jika terindikasi masih bertahan. Setidaknya berkaca pada fakta sejarah yang menjelaskan bahwa begitu kejamnya pembantaian yang tidak berkeprimanusiaan. Kita berharap hal itu tidak akan terulang kembali di Indonesia.

Bukti nyata kebiadaban PKI adalah dengan upaya pembunuhan para pejabat tinggi TNI, keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah, Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi), Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan), Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat). Adapun Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Amanah refleksi ini nantinya akan disampaikan oleh Mayjen TNI (Purn), Muchdi Purwoprandjono, yang selaku mantan Danjen Kopassus. Adapun tamu undangan yang hadir khususnya warga Menteng Raya, tokoh masyarakat, tokoh agama dan seluruh umat Islam yang turut hadir menyaksikan pemutaran film pengkhianatan dan kekejaman PKI.

Pelajar Islam Indonesia (PII) meminta secara tegas kepada Presiden Republik Indonesia agar mengeluarkan kebijakan berupa Instruksi Presiden (Inpres) yang berisi untuk melakukan pemutaran film pengkhianatan dan pemberontakan PKI (G30S/PKI) di setiap sekolah negeri dan swasta, mulai tingkat dasar hingga menengah. Pemutaran film pemberontakan PKI ini merupakan upaya serius untuk mempertahankan “memori sosial” masyarakat Indonesia, agar senantiasa tertanam dalam benak generasi bangsa.

Kebijakan yang diharapkan PII tersebut juga sekaligus membuktikan bahwa Joko Widodo Presiden RI beserta jajarannya bersih dari pengaruh, tekanan dan campur tangan kelompok komunis yang tersisa di Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia pemberontakan PKI merupakan sejarah yang tak boleh hilang dan dilupakan, terlebih lagi belakangan ini ada kelompok komunis menuntut Presiden RI meminta maaf kepada keluarga PKI. Bagi PII itu adalah permintaan yang keterlaluan dan arogan.

Melalui pemutaran film G30S/PKI ini Brigade PII berpesan bahwa para guru dan orang tua mengajarkan sejarah dengan benar kepada anak-anaknya mengenai pemberontakan PKI dan mengapa paham komunis dilarang di Indonesia.

 

Jakarta, 30 September 2015

Komandan

Dto,

 
S.S. Ali Hamzah

 

Terkini