RIAUTERBIT.COM -- Sikap berhemat bagi seorang manusia bukan berarti ia menjadi kikir. Hemat adalah sikap pertengahan antara kikir dengan boros. Dalam buku Sirah Nabawiyyah karya Muhammad Ridha disebutkan setiap keutamaan adalah pertengahan antara dua sifat buruk. Sedangkan hemat bukanlah tindakan yang berat sebelah.
Allah SWT mencela orang-orang yang kikir dan bakhil. Namun demikian, Allah juga mencela orang-orang yang boros. Manusia ada kalanya kikir dan ada kalanya boros. Sikap boros misalnya, disamakan dengan perumapamaan bahwa manusia yang boros adalah saudara-saudaranya syetan. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Israa penggalan ayat 27 berbunyi: “Innal-mubadzirina kaanu ikhwana as-syayathin,” yang artinya: “Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudaranya syetan”.
Mengenai sikap hemat, Allah memerintahkan kita untuk memerhatikannya. Seperti dalam hal memberi nafkah yang merupakan jalan dari sebuah kebahagiaan.
Dalam Alquran Surah Al Israa ayat 29 berbunyi: “Wa la taj’al yadaka maglulatan ila unuqika wa la tabsuth-ha kulal-basithi fataq’adu maluuman mahsura,” yang artinya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu, dan jangan pula kamu terlalu menguurkannya yang akibatnya kamu menjadi tercela dan menyesal”.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa Allah SWT menyuruh Rasulullah beserta kaum Muslimin untuk tidak menahan diri dalam mencari nafkah. Dengan demikian manusia tidak mempersempit dirinya sendiri dan keluarganya dalam menempuh jalan-jalan kebaikan. Manusia juga tidak boleh tangannya tergenggam (pelit) dan juga tidak boleh terlalu mengulurkannya (boros). Sebab jika kedua hal itu dilakukan, maka manusia akan mencela dirinya sendiri.(rep)