Oleh Tika Mutia, S.I.Kom., M.I.Kom

FENOMENOLOGI KOMUNIKASI GENERASI Z

FENOMENOLOGI KOMUNIKASI GENERASI Z
Tika Mutia, S.I.Kom., M.I.Kom Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA RIAU

Kehadiran Generasi Z dengan segala fenomena dan keunikannya menjadi daya tarik tersendiri terutama bagi mereka yang bukan berasal dari generasi sebelumnya seperti generasi Y atau yang lebih dikenal dengan generasi millenial dan generasi X. Banyak penelitian, jurnal dan artikel yang berusaha mengeksplorasi seluk beluk kehidupan generasi Z.

Seperti dikutip dari Entrepreneur,  27 Desember 2015, Generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang meliputi anak-anak yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga saat ini. Anggota tertua dari Gen Z masih remaja.  Mereka lahir dan tumbuh besar ditengah perkembangan teknologi yang semakin mapan, dimana handphone semakin canggih, internet sudah ada dimana-mana hingga media sosial sudah bukan menjadi sesuatu yang sulit untuk diakses. Maka, tidak heran jika Gen Z menjadi topik yang sering disebut-sebut berbagai kalangan dari segi pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Keberadaan Gen Z dan kelebihannya dalam mengikuti perkembangan teknologi terkini ternyata menciptakan fenomena baru. Mulai dari fenomena mengenai gaya hidup mereka yang sudah melek IT hingga gaya komunikasinya. Terlebih lagi, Gen Z memang dikenal lebih mendominasi komunikasi melalui media sosial.

Uniknya, mereka cenderung menganggap media sosial adalah segala-galanya daripada dunia nyata. Jika mengintip pada aktivitas timeline mereka akan sangat terlihat bahwa media sosial seperti menjadi sebuah keharusan yang betul-betul mutlak dikonsumsi sehari-hari.

Berbeda dengan generasi sebelum mereka yakni generasi Y dan X yang pernah merasakan tidak bebasnya mengakses internet dan jika ingin menikmati sebuah informasi yang komplit generasi X dan Y pernah harus bersabar mengandalkan media massa cetak, menunggu terbitnya sebuah buku dan lain sebagainya.

Perspektif Fenomenologi Komunikasi

Perspektif Fenomenologi menjadi salah satu tradisi dalam mendefinisikan setiap peristiwa komunikasi yang terjadi disekitar kita. Pada akhir tahun 1950an, fenomenologi komunikasi diadopsi dengan nama komunikologi. Komunikologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai gejala sosial sebagai akibat dari  proses komunikasi massa,  komunikasi kelompok, dan komunikasi antar pribadi atau interpersonal.

Pada tahun 1967, Keith Brooks dalam bukunya The Communicative Arts and Science of Speech menyatakan bahwa yang dimaksud dengan komunikologi adalah integrasi prinsip-prinsip komunikasi yang diketengahkan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu.

Selain itu, menurut Richard L. Lanigan, fenomenologi komunikasi atau komunikologi adalah ilmu komunikasi manusia sebagai sebuah media komunikasi (bukan saluran komunikasi) bagi 4 (empat) tingkatan pengalaman interaksi yang saling berhubungan yaitu intrapersonal (embodied), interpersonal (diadik), kelompok (sosial), dan antar-kelompok (budaya).

Secara sederhana, fenomenologi komunikasi memberikan suatu pendekatan ilmu untuk mempelajari suatu fenomena dengan cara dan keunikan dari sisi orang-orang yang diamati. Dalam kehidupan berkomunikasi ala generasi Z kita temukan fenomena ini.

Suguhan kehidupan dimana sangat jelas tidak ada jurang pemisah antara karakter mereka di dunia maya dan dunia nyata. Contohnya saja, dalam hal waktu pemakaian smartphone. Jika generasi X dan Y masih memiliki waktu offline dalam penggunaan smartphone, hal ini tidak berlaku pada kehidupan generasi Z. Bisa dikatakan mereka sering online setiap saat.

Komunikasi dalam hal apapun mereka lebih cenderung menggunakan smartphone ketimbang langsung bertemu. Padahal tidak semua interaksi komunikasi bisa berjalan efektif dengan menggunakan smartphone. 

Idealnya teknologi komunikasi yang ada saat ini menjadi perangkat untuk mempermudah hidup dan melebur hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi. Sehingga yang harusnya sulit untuk memecah masalah menjadi simple berkat teknologi komunikasi. namun, hal ini seperti tidak terjadi dalam kehidupan generasi Z.

Canggung Berkomunikasi

Fenomena unik yang bisa dilihat dari generasi Z saat ini adalah mereka seperti tumbuh dalam pusaran pengalaman komunikasi yang minim. Ini tentu saja merupakan efek dari lebih aktifnya mereka menggunakan smartphone dan media sosial setiap hari dibanding berinteraksi dengan orang lain secara langsung atau tatap muka.

Akibatnya, timbul kekurangan dalam cara berkomunikasi mereka. Sebut saja generasi Z jarang mendapat pengalaman komunikasi nonverbal melalui gesture, komunikasi mata, wajah dan pengalaman komunikasi nonverbal lainnya yang langsung bisa dimaknai dari lawan bicaranya. Walaupun pengalaman komunikasi itu bisa didapat melalui aplikasi videocall, tetapi tetap saja akan bisa menimbulkan sensasi yang berbeda ketimbang langsung bertatap muka.

Pengalamannya yang minim dalam hal memaknai komunikasi nonverbal karena lebih sering mengandalkan komunikasi via media sosial ala generasi Z ini menjadikan mereka generasi yang canggung ketika berkomunikasi secara fisik. Bertemu dengan orang banyak dalam sekali pertemuan bahkan menjadi sebuah ketidaknyamanan bagi mereka karena selama ini mereka cenderung menyukai privasi, terhanyut dan asyik dalam dunia media sosialnya sendiri, berswa foto di didepan orang lain tanpa memperhatikan situasi dan kondisi orang sekitar, bahkan tertawa sendiri ketika sedang menyantap hidangan di restoran.  

Pada akhirnya, dahsyatnya generasi Z dalam hal penggunaan teknologi yang sering menjadi topik hangat dimasyarakat yang disebut menjadi kelebihan dan akan menggantikan generasi sebelumnya justru akan membawa fenomena baru lagi, yakni trend dalam dunia pekerjaan mereka nanti. Jika generasi sebelumnya terbiasa dan nyaman dengan bekerja bersama orang lain, maka, generasi Z akan membawa karakter dan keunikan lain.  Mereka justru nyaman dengan menciptakan jenis pekerjaan sendiri yang mandiri sesuai keinginan mereka sendiri.

Penulis : Tika Mutia, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA RIAU

Berita Lainnya

Index