Kisah Ikhlas Guru SLB di Pelosok Riau Digaji Hanya Rp 97 Ribu

Kisah Ikhlas Guru SLB di Pelosok Riau Digaji Hanya Rp 97 Ribu
Para guru SLB di Kab Kepulauan Meranti yang digaji kecil (Dok SLB Sekar Meranti)

RIAUTERBIT.COM - Berjuang dalam keterbatasan, demi memberi pendidikan. Para guru di Kab Kepulauan Meranti mengajar siswa berkebutuhan khusus dan hanya digaji Rp 97 ribu.

Walau gaji bulanannya kecil, para guru di Sekolah Luar Biasa Sekar Meranti, Kecamatan Rangsang Barat, Kab Kepulauan Meranti Riau, ikhlas dan semangat untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus. Sekolah ini memiliki 29 siswa dari tingkatan SD, SMP dan SMA.

Para muridnya baru akan bersekolah jika dijemput para gurunya dan kepala sekolah Syafrizal (34) yang harus menopang kegiatan siswanya. Bermodalkan gerobak kayu ditarik dengan motor butut, itulah para siswa menggunakan sarana transportasi bersekolah.

Jerih payah itu rasanya tidak sebanding dengan honor yang diterima para gurunya. Ada 6 orang tenaga pendidikan di sana, termasuk kepala sekolah, Syafrizal.

"Kami hanya menerima gaji Rp 97 ribu setiap bulannya. Itulah yang bisa kami terima. Kami ikhlas bekerja sebagai ibadah untuk di akhirat kelak," kata Syafrizal, Senin (4/9/2017).

Lantas dari manakah gaji itu mereka dapat? Syafrizal yang masih lajang ini menyebutkan, gaji itu merupakan potongan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diterima dari pemerintah pusat.

"Ada aturan yang memperbolehkan dana BOS bisa diambil untuk guru sebesar 15 persen saja. Dari potongan itulah, kami 6 tenaga pengajar dapat gaji Rp 97 ribu itu," kata Syafrizal.

Sebenarnya untuk menutupi kekurangan gaji itu, Syahrizal sudah pernah mencoba untuk menarik uang sekolah. Setiap siswa dipatok uang Rp 15 ribu per bulan.

"Pernah kami minta wali murid untuk bayar uang sekolah Rp 15 ribu sebulan. Tapi, sejak itu seluruh murid malah diberhentikan orangtuanya," kata Syafrizal.

Mengetahui hal itu, Syafrizal pun lantas mengambil kebijakan seluruh murid bebas dari beban biaya sekolah. Begitu pun tidak serta merta para wali murid mau menyekolahkan anaknya.

"Walau tak dipungut biaya, para orangtua masih enggan mengantarkan anaknya ke sekolah. Karena itulah, akhirnya kami tenaga pendidik yang menjemput para murid ke rumahnya masing-masing," kata Syafrizal.(fay/fay)

/detikcom/

Berita Lainnya

Index