Walikota Pekanbaru Perhatikan Kesejahteraan Guru PAUD

Walikota Pekanbaru Perhatikan Kesejahteraan Guru PAUD
Walikota Pekanbaru Perhatikan Kesejahteraan Guru PAUD

RIAUTERBIT.COM - Walikota Pekanbaru Firdaus, MT mengintruksikan Dinas Pendidikan Pekanbaru untuk mengakomodir dana insentif untuk Guru PAUD. Penegasan tersebut dijelaskan Kepala Dinas Pendidikan Pekanbaru Abdul Jamal.

"Pemberian insentif bagi guru PAUD se-kota Pekanbaru sebgai bentuk kepedulian terhadap mereka. Apa yang menjadi hak guru PAUD untuk dapat di salurkan," ujar Jamal, Kamis (3/3)

Ia menjelaskan insentif yang akan diberikan sebesar Rp350 ribu/bulan yang akan dikucurkan sekali dalam tiga bulan. "Guru PAUD yang akan menerima insentif adalah mereka yang tergabung dalam Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) dan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kota Pekanbaru sebanyak 1.200 orang," jelasnya.

Jamal mengkualifikasi, pemberian insentif kepada guru PAUD berdasarkan skala prioritas. Artinya yang diajukan yayasan atau pihak sekolah.

"Guru PAUD yang menerima juga tidak semuanya, hanya yang memiliki kriteria berdasarkan usulan saja," pungkasnya.

Peran Guru PAUD

Peran Guru Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.

Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55).

Di Indonesia pembelajaran pendidikan prasekolah lebih bersifat akademik, di mana anak lebih banyak duduk di bangku dan harus tertib seperti di sekolah. Jarang guru memberikan kesempatan kepada anak untuk berksplorasi, mengekspresikan perasaannya, dan melakukan sendiri apa yang mereka minati, sampai menemukan pemecahan masalah sendiri. (adv)

Berita Lainnya

Index