Jago PDIP Keok di Dumai, Padahal Daerah Itu Adalah Basis Moncong Putih

Jago PDIP Keok di Dumai, Padahal Daerah Itu Adalah Basis Moncong Putih
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan

RIAUTERBIT.COM - Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan merupakan parpol yang memiliki sejarah panjang di Kota Dumai, Riau. Kejayaan partai ini dimulai ketika berhasil memenangkan Pilkada langsung pada sepuluh tahun lalu atau tepatnya di 2005.

Ketika itu, PDIP bersama calon yang diusungnya berhasil mengalahkan incumbent Wan Syamsir Yus yang didukung partai-partai besar termasuk Golkar. Kekalahan ketika itu juga ditelan pasangan lainnya Khairul Anwar-Zulkifli Ahad. Saat itu, partai moncong putih dengan gagah berhasil mendudukan pasangan Zulkifli AS-Sunaryo sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Dumai periode 2005-2010.

Zulkifli AS yang merupakan mantan birokrat, bersama pasangannya Sunaryo ketika itu mendapatkan dukungan masyarakat setelah memiliki visi dan misi perubahan serta penataan air bersih yang menjadi sumber kehidupan mendasar bagi masyarakat di pesisir itu.

Namun beberapa tahun era kepemimpinan Zul AS-Sunaryo mendapatkan berbagai hambatan politik dan akhirnya memunculkan perpecahan dukungan dari parpol binaan Megawati Soekarno Putri tersebut.

Di penghujung masa jabatan, pasangan Zul AS-Sunaryo bahkan gagal merealisasikan proyek "multiyears" air bersih. Proyek tersebut bahkan diisukan sebagai proyek gagal yang telah menelan uang rakyat hingga ratusan miliar rupiah. Bahkan digadang-gadangkan sebagai proyek untuk pendanaan pasangan Zul AS pada periode selanjutnya 2010-2015.

Kabar miring tersebut setidaknya menjadi manfaat bagi pesaing politik di Pilkada 2010. PDIP kemudian memilih untuk tidak lagi mendukung pasangan Zul AS-Sunaryo.

Pandai Menempatkan Posisi

PDI Perjuangan Kota Dumai, disebut-sebut sebagai patai yang pandai penempatkan posisi. Pada Pilkada 2010, partai penguasa ini justru mengusung pasangan yang menjadi lawannya dulu yakni Khairul Anwar-Agus Widayat. Sementara Golkar dan sejumlah partai besar lainnya turut beralih mendukung Zul AS.

Ketika itu, muncul pasangan baru yang disebut-sebut sebagai "kuda hitam" yakni Herdi Sulioso-Mas Irba. Pasangan ini berhasil mendapatkan dukungan dengan pengumpulan tanda tangan sebagian masyarakat Dumai untuk lolos menjadi calon wali kota dan calon wakil wali kota masa itu.

Namun lagi, Golkar dan partai besar lainnya ketika itu harus menerima kenyataan pahit setelah PDIP kembali berhasil menjadi penguasa setelah memenangkan pasangan Khairul Anwar-Agus Widayat.

Namun kemenangan Khairul Anwar-Agus Widayat mendatangkan kekecewaan bagi masyarakat setelah proyek air bersih justru dihambat total. Bahkan Khairul Anwar yang diisukan memiliki dendam pada Zul AS kemudian "menghabisi" hampir seluruh program era Zul AS.

Kekompakan PDIP dengan Khairul Anwar juga "retak" jelang habisnya periode kepemimpinan mantan petinggi Bank Riau-Kepri ini. Khairul Anwar yang jatuh sakit sejak setahun jelang habisnya era kepemimpinan, harus menerima pil pahit, partai yang dulu mendukungnya itu secara terang meninggalkannya dan memberikan dukungan penuh pada wakilnya Agus Widayat.

PDIP pada pesta demokrasi kali ini mengusung pasangan Agus Widayat dan Maman Syafriadi dan mendapatkan dukungan juga dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Pada Pilkada 2015, masyarakat Dumai benar-benar pesta. Kali ini ada lima pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Dumai yang ikut bertarung demi kekuasaan di kota pesisir itu. Termasuk Zulkifli AS yang menarik pasangan barunya Eko Suharjo, mantan anggota DPRD Dumai. Pasangan ini mendapat dukungan dari sejumlah partai besar seperti Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Kebakitan Bangsa (PKB), dan Partai Demokrat, serta Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Selain Zul AS-Eko Suharjo, juga ada pasangan Muhammad Ihksan dan Yanti Komala Sari dengan partai pendukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Golongan Karya. Kemudian Abdul Kasim-Nuraini dengan parpol pendukung Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilahan Persatuan Indonesia (PKPI). Dan ada juga pasangan perorangan yakni Amris dan Sakti.

PDI Perjuangan sebagai parpol penguasa yang selalu berada di sisi pemerintahan daerah sepanjang 10 tahun terakhir, agaknya kali ini salah dalam penempatan atau memilih calonnya.

Pasangan Agus Widayat-Maman Syafriadi yang merupakan "bekas" pemerintahan sebelumnya dikabarkan tidak mampu meraup suara dengan maksimal. Parahnya, pil pahit yang selama ini mereka berikan pada lawan politik, agaknya kali ini harus ditelah sendiri setelah hasil perhitungan suara sementara menunjukkan pasangan ini berada pada rutan "buncit".

Sebaliknya, "peluru" politik PDIP yang telah dimuntahkan sejak lima tahun lalu, yakni Zul AS, seakan telah "merampas" senjata kekuasaan yang hilang. Pasangan ini bahkan telah mengklaim kemenangan mereka.

Hasil rekapitulasi suara memang baru akan dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Dumai beberapa hari mendatang. Namun hasil hitung cepat memastikan pasangan yang didukung PDIP Agus Widayat-Maman Syafriadi telah gugur di "medan pertempuran politik".

Jika benar, maka ini kekalahan pertama PDIP Dumai dan menjadi catatan sejarah terburuk partai moncong putih yang kini berada di tingkat kekuasaan tertinggi bangsa ini. Kita tunggu saja.(*)

Sumber : riaubook.com

Berita Lainnya

Index