PEKANBARU – Dorongan pemecatan Parisman Ikhwan alias Iwan Patah dari keanggotaan Partai Golkar semakin mengguncang politik internal partai berlambang beringin di Riau. Iwan Patah diduga melanggar prinsip Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, dan Tidak Tercela (PDLT), yang menjadi acuan penting bagi kader Golkar. Tudingan pelanggaran ini memicu desakan Pergantian Antar Waktu (PAW) terhadapnya, dan semakin memperuncing perpecahan di tubuh Golkar Riau.
Situasi ini muncul pasca kekalahan Syamsuar dalam Pilgub Riau 2024. Posisi Syamsuar sebagai pemimpin di Golkar Riau kini terancam setelah SF Hariyanto, yang didukung oleh Indra Gunawan alias Engah Eet, berhasil merebut kursi Ketua Golkar Riau. Sebelumnya, Syamsuar sempat mengganti posisi pimpinan DPRD Riau, dengan memberikan jabatan Wakil Ketua DPRD kepada Iwan Patah, yang awalnya direncanakan untuk Eet. Keputusan ini dianggap sebagai langkah Syamsuar untuk mengamankan posisi politiknya, setelah mencium dukungan Eet terhadap pasangan calon Abdul Wahid-SF Hariyanto.
Namun, situasi berbalik setelah SF Hariyanto naik ke posisi Ketua Golkar Riau. Kini, Iwan Patah berada di bawah ancaman PAW, setelah mengkritik keras SF Hariyanto terkait defisit APBD Riau yang dinilai hasil dari ketidakmampuan dalam pengelolaan anggaran. Kritikan tersebut dianggap sebagai serangan terhadap kepemimpinan partai.
Dasar hukum untuk PAW ini merujuk pada UU MD3 Pasal 239 dan AD/ART Partai Golkar, yang mengatur pemberhentian anggota partai jika dianggap melanggar disiplin dan loyalitas. Jika terbukti melanggar prinsip PDLT, proses PAW terhadap Iwan Patah bisa dilakukan sesuai aturan yang berlaku.
Konflik internal ini menjadi ujian besar bagi Golkar Riau. Sebagian kader mendesak pemecatan Iwan Patah, sementara pihak yang mendukung Syamsuar berusaha untuk mempertahankan posisi Iwan Patah. Pertarungan ini juga menjadi pertaruhan hidup-mati bagi kedua kubu yang terlibat. Jika kubu Syamsuar menang, maka Eet bisa saja di-PAW. Sebaliknya, jika SF Hariyanto unggul, Iwan Patah yang harus siap menerima nasib serupa.
Dengan ketegangan yang semakin memuncak, Golkar Riau berada di persimpangan jalan, menghadapi ancaman perpecahan yang dapat memengaruhi masa depan kepemimpinan partai di wilayah tersebut. (Rls)