Diterima di UGM, Calon Dokter Usia 14 Tahun Minta Kado Aneh

Diterima di UGM, Calon Dokter Usia 14 Tahun Minta Kado Aneh
Aldo Meyolla Geraldino, 14 tahun Kuliah di UGM. Sumber foto : ugm.ac.id KOMUNIKA ONLINE

Sukoharjo, (Riauterbit.com) - Remaja asal Sukoharjo, Aldo Meyolla Geraldino, menjadi mahasiswa termuda di Universitas Gadjah Mada tahun akademik 2015/2016. Remaja 14 tahun itu berhasil menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran di kampus tersebut.

Aldo diyakini memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Meski demikian, dia tetap tidak kehilangan jiwanya sebagai seorang remaja. "Dia tetap merupakan seorang remaja meski telah menjadi seorang mahasiswa," kata ayahnya, Masoed, saat ditemui di rumahnya, Rabu, 19 Agustus 2015. Anak keduanya itu tetap suka bermain seperti kebanyakan remaja lain.

Aldo juga meminta hadiah berupa pistol mainan saat diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM. "Memang sudah kami janjikan sejak sebelum pengumuman," ucap Masoed. Ia menepati janjinya dengan membelikan mainan seharga Rp 540 ribu itu. "Saat ini, mainan itu juga dibawa ke kos," ujarnya.

Menurut Masoed, Aldo tinggal di sebuah rumah kos yang berada tidak jauh dari kampus Fakultas Kedokteran UGM. Aldo diterima di UGM melalui jalur ujian tulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Dia memiliki nilai matematika dan ilmu pengetahuan alam di atas 9. Untuk nilai biologi, ia mengantongi nilai 9, sedangkan kimia 9,8.

UGM menerima 9.536 mahasiswa baru tahun akademik 2015/2016. Di antara para mahasiswa baru tersebut, terselip satu remaja berusia anak sekolah menengah pertama, Aldo. Dia berusia 14 tahun, 7 bulan, 29 hari.

Menurut sang ayah , Aldo memiliki kebiasaan belajar yang berbeda dengan anak-anak lain. "Dia sering meminta ibunya untuk membacakan buku pelajaran," tutur Mosoed. Sedangkan Aldo sendiri justru terlihat asyik bermain mobil-mobilan saat ibunya membacakan buku.

Uniknya, Aldo ternyata bisa menyerap buku yang dibacakan ibunya itu. "Dia bisa menjawab soal-soal yang ada dalam buku itu," katanya. Selain itu, Aldo banyak belajar melalui situs belajar online.

"Kami sendiri malah kurang paham," ucap pemilik studio musik tersebut. Kebetulan, Masoed melengkapi rumahnya dengan fasilitas Internet sejak Aldo masih balita.

Meski demikian, Aldo memiliki berbagai aktivitas lain di luar sekolah. Dia memiliki grup band Star Boy yang pernah pentas di sejumlah kota. Seperti layaknya remaja lain, Aldo juga menyukai game dari perangkat playstation yang dimiliki.

Aldo juga  sering tampil dalam acara hari bebas kendaraan yang digelar setiap Minggu. "Dia memiliki komunitas skateboard dan dance," ucap Masoed.

"Dia sempat ditolak masuk SD karena dianggap belum cukup umur," kata ayah Aldo, Masoed.  Ia  bercerita, Aldo mulai masuk sekolah pendidikan anak usia dini pada usia 2,5 tahun. Saat itu Aldo memang meminta untuk bersekolah seperti kakak dan teman-temannya.

Saat usianya baru 5,5 tahun.,  ketika akan mendaftar ke sekolah dasar, Aldo ditolak karena belum cukup umur. Padahal, saat mengikuti tes minat dan bakat, Aldo mampu mengiringi beberapa guru dalam bermain musik. Aldo main drum untuk mengiringi guru di sekolah itu.

Namun kemampuan Aldo tetap tidak bisa mencuri hati panitia seleksi untuk mengubah keputusan yang diambil pihak sekolah. Aldo gagal masuk SD. Akhirnya, Masoed mendaftarkan anaknya di SD Negeri 16 Surakarta, Jawa Tengah. "Dia diterima di sekolah itu," ucap Masoed.


Meski diterima, Masoed harus menandatangani surat pernyataan bahwa dia tidak keberatan jika nanti anaknya tidak naik kelas lantaran kesulitan mengikuti pelajaran. Ternyata Aldo hanya perlu waktu lima tahun untuk bisa menyelesaikan pendidikan di SD.(ant)

Berita Lainnya

Index