Kehidupan yang Baru

Kehidupan yang Baru
ilustrasi internet

RIAUTERBIT.COM - Hidup selalu berputar, dinamis, dan berubah. Kadang senang, kadang sedih. Kadang mudah, kadang sulit. Kadang sehat, kadang sakit. Kondisi zaman juga berubah. Ada zaman normal, ada zaman tidak normal. Namun, zaman terus bergerak. Setelah zaman tak normal, datang zaman normal. Dalam normal yang baru, mungkin ada yang sama dengan sebelumnya, ada juga yang berubah.

 

Di dunia yang terus berubah, manusia selalu bisa melewatinya, meski ada juga yang tidak. Sebagaimana dalam setiap bencana, ada yang selamat, ada juga yang tidak. Orang yang selamat biasanya akan lebih peka dan waspada, belajar dari kejadian atau pengalaman sebelumnya. Sebagai orang beriman, kita meyakini selalu ada hikmah atau pelajaran berharga dari setiap peristiwa yang terjadi, baik atau buruknya peristiwa itu.

 

Dalam sejumlah ayat Alquran, Allah menyuruh kita untuk melihat peristiwa-peristiwa di masa lalu untuk diambil pelajaran atau ibrahnya. Misalnya, “Katakanlah (Muhammad), ‘Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu.’” (QS ar-Rum [30]: 42). Pada ayat lain, “Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.” (QS Muhammad [47]: 10).

 

Ayat-ayat di atas kebanyakan menggambarkan kejadian buruk atau bencana akibat kesalahan dan dosa, terutama terhadap para nabi dan rasul Allah. Mereka tidak mau menerima kebenaran, bahkan menentangnya. Dari situ, kita bisa mengambil pelajaran berharga untuk tidak mengabaikan hal-hal yang benar dan mengandung kemaslahatan bagi kehidupan kita. Sakit yang kita derita, misalnya, disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang kotor. Kita pun dianjurkan untuk mengubah pola konsumsi dan gaya hidup ke yang lebih sehat.

 

Orang beriman diperintahkan untuk mengikuti hal-hal yang benar dan mengandung kemaslahatan, bukan menentang yang justru membayakan atau memudaratkan diri sendiri dan orang lain. Prinsip orang beriman adalah selalu berubah, dari buruk ke baik dan dari baik ke lebih baik. Nabi mengatakan, “Orang yang paling baik adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya (perbuatan, tindakan, aktivitas, kerja, pola, atau gaya hidup).” (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Bagi orang beriman, waktu sangat berharga, karena itu berarti kesempatan untuk terus-menerus memperbaiki dan berbenah diri untuk masuk ke kehidupan yang baru yang lebih baik, positif, maslahat, dan sehat. Hidup yang baru sejatinya bukan hanya pada perangkat kasat mata atau sisi lahiriah, melainkan juga pada pola pikir yang sehat, hati yang lapang, dan jiwa yang bersih, atau sisi batiniah. Seperti dikatakan Nabi, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan hartamu, tetapi melihat pada hati dan perbuatanmu.” (HR Muslim).

 

Karena itu, Allah sangat suka dengan orang beriman yang selalu mengevaluasi, mengintrospeksi, serta memperbarui hati dan perbuatannya untuk lebih selaras dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Demikianlah hakikat kehidupan yang baru orang beriman. Wallahu a’lam. (rep)

Berita Lainnya

Index