RIAUTERBIT.COM - Ada empat macam pujian dalam Alquran dan As-Sunah. Pertama, pujian Allah SWT kepada diri-Nya. Dia berhak memuji diri-Nya atas segala kekuasaan-Nya. ''Sesungguhnya Akulah Allah, tidak ada Tuhan kecuali Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.'' (QS Thaha (21): 14).
Kedua, pujian Allah SWT kepada makhluk-Nya. Allah SWT memuji kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW. ''Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar di atas akhlak yang agung.'' (QS Al-Qolam (68): 4).
Ketiga, pujian makhluk kepada Allah SWT. Dalam surat Al-Fatihah ayat 2 disebutkan, ''Segala puji bagi Allah, Rabb pemelihara alam.''
Al-Maraghi dalam tafsirnya mengatakan, ketika manusia mengucapkan alhamdulillah, berarti ia memuji Allah SWT. Lafadz hamdu merupakan pujian yang dilontarkan atas perbuatan baik yang keluar dari pelakunya tanpa paksaan. Alhamdu adalah inti ungkapan rasa syukur.
Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah SWT berarti ia tidak pernah memuji-Nya. Manusia tidak boleh merasa dirinya pantas untuk dipuji. Justru seharusnya seluruh makhluk memuji Allah SWT karena hanya Dialah yang pantas dipuji.
Keempat, pujian makhluk kepada makhluk. Rasulullah SAW mengajarkan memuji manusia, ketika diberi kebaikan dengan ucapan jazakallah khair (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan). Pujian ini semata-mata dimaksudkan untuk mendoakan.
Mengharapkan pujian adalah manusiawi. Namun, Allah SWT mengecam keras orang yang suka dipuji. ''Janganlah sekali-kali engkau menyangka orang-orang yang sangat suka dengan apa yang telah mereka lakukan dan suka dipuji atas sesuatu yang tidak mereka kerjakan, janganlah sekali-kali engkau menyangka, mereka akan selamat dari siksa. Bagi mereka adalah siksa yang pedih.'' (QS Ali-Imran (3): 188).
Entah berapa banyak kata-kata pujian yang kita ucapkan kepada orang lain. Sementara itu, tidak sedikit pula pujian yang tertuju kepada diri kita.
Namun, memuji dan menyanjung Allah SWT seringkali kita nomor duakan. Padahal, semulia-mulia orang adalah yang senantiasa memuji Allah SWT dan yang menerima pujian dari Allah SWT.
Pujian disampaikan karena perbuatan baik atau kelebihan yang dimiliki. Karena itu, kebaikan atau kelebihan diri kita berupa ilmu, harta, pangkat, dan sebagainya jangan sampai membuat kita terlena dengan pujian. Apalagi dengan sengaja memancing orang lain agar memuji kita.
Bahkan, sahabat Ali bin Abi Thalib RA senantiasa berdoa ketika pujian menghampirinya. ''Ya Allah ampunilah aku atas apa yang mereka tidak ketahui (soal diriku). Dan janganlah Engkau menyiksaku karena perkataan mereka. Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangkakan.''(rep)