RIAUTERBIT.COM– Nama Taufik, atau yang lebih dikenal dengan Atan Lasak, terus menjadi sorotan dalam dinamika politik dan hukum di Riau. Sosok yang dikenal luas di kalangan media dan seni ini diduga memiliki peran besar dalam mendesak Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau untuk segera memproses dugaan korupsi dana hibah Palang Merah Indonesia (PMI) Riau yang menyeret mantan Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Datuk Syahril Abu Bakar.
Atan Lasak, yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR), memanfaatkan pengalaman panjangnya di dunia jurnalistik dan media untuk membangun opini publik yang dianggap menyudutkan Syahril. Kedekatan Atan dengan Gubernur Riau Syamsuar kerap disebut-sebut sebagai latar belakang dari sikap kritisnya terhadap Syahril, yang kini menjadi tersangka kasus korupsi.
Atan Lasak, seorang wartawan senior dan Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR), dikenal aktif dalam dunia pemberitaan dan seni. Berbekal pengalamannya di media seperti Riau Kepri dan keterlibatannya dalam berbagai portal berita online, Atan diduga menjadi salah satu aktor penting dalam menciptakan opini publik yang menekan rival politik Gubernur Riau, Syamsuar.
Atan, yang juga seniman puisi, memimpin DKR—organisasi semi-pemerintah yang mendapat pendanaan dari APBD Riau. Menurut beberapa narasumber, DKR di bawah kepemimpinan Atan menerima alokasi dana miliaran rupiah selama era kepemimpinan Syamsuar. Selain itu, Atan disebut sebagai mitra strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, terlibat dalam sejumlah proyek yang didanai oleh pemerintah daerah.
Kedekatannya dengan Syamsuar membawa Atan ke tengah konflik antara Syamsuar dan Syahril Abu Bakar. Ia diduga menjadi salah satu motor penggerak kampanye negatif terhadap Syahril, memanfaatkan jaringan medianya untuk menyebarkan narasi yang menyudutkan mantan Ketua LAM Riau tersebut.
Syahril tak hanya dicitrakan gagal memimpin LAM Riau tetapi juga menjadi target pemberitaan yang mengarah pada dugaan korupsi dana hibah PMI. Atan Lasak, melalui sejumlah media online yang dikelolanya, dilaporkan gencar mempublikasikan isu ini, memperburuk citra Syahril di mata publik.
Buzzer Politik dan Dinamika Media.Tidak hanya itu, Atan Lasak juga disebut sebagai bagian dari jaringan buzzer politik yang mendukung Syamsuar dalam upayanya menghadapi rival-rival politik di Riau, termasuk Abdul Wahid dan SF Hariyanto. Sosok Zul Kadir, yang juga dikenal kritis terhadap rival politik Syamsuar, diduga memainkan peran serupa dengan sering mengangkat isu-isu kesukuan dan latar belakang tokoh-tokoh tertentu.
Salah satu tokoh yang turut menjadi sasaran serangan adalah Ustaz Abdul Somad (UAS). Zul Kadir dikabarkan kerap mengungkit latar belakang Somad yang bukan asli Riau, serta menyoroti keterlibatannya dalam politik sebagai seorang juru kampanye.
Tanggapan Abdul Somad Merespons isu tersebut, Abdul Somad dengan tegas menyatakan bahwa dirinya tidak pernah memiliki masalah pribadi dengan Zul Kadir. Namun, ia mengaku terganggu dengan isu-isu yang selalu diviralkan melalui media dan sosial media yang dianggap mendiskreditkan dirinya.
“Saya tidak pernah ada masalah dengan Zul Kadir. Jangan nanti gara-gara jejak digital, kita tak bisa ngopi bersama di masa depan,” kata Somad sambil mengingatkan.
Somad juga mengklarifikasi bahwa ia tidak pernah bermain TikTok dan jarang membuka media sosial, namun informasi tentang serangan terhadap dirinya selalu sampai melalui orang-orang terdekatnya.
Ironi di Balik Kasus Syahril Abu Bakar. Kasus yang menjerat Syahril Abu Bakar menjadi gambaran nyata dari tajamnya rivalitas politik di Riau. Konflik antara kubu Syamsuar dan lawan-lawan politiknya kini merambah ke ranah opini publik yang diwarnai oleh perang media dan serangan di sosial media.
Sementara itu, Syahril, yang pernah menjadi simbol kehormatan Melayu, kini harus menghadapi kenyataan pahit sebagai tersangka kasus korupsi. Nasib tragis ini, menurut sejumlah pengamat, tidak hanya disebabkan oleh dugaan penyimpangan dana hibah, tetapi juga merupakan buah dari perseteruan politik yang penuh intrik.
Sikap Syahril Jelang Penahanan. Sehari sebelum penahanan, Syahril sempat menyatakan bahwa ia menerima nasib yang menimpanya. “Sudah nasib saya begini,” ujarnya singkat. Ia mengaku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar diberikan jalan keluar dari masalah ini.
Ketika ditanya apakah kasus ini terkait perseteruannya dengan Syamsuar, Syahril memilih untuk tidak menjawab. “Saat ini saya fokus menghadapi panggilan hukum,” katanya
Para pengamat berharap dinamika ini tidak semakin merusak marwah Melayu dan hubungan antarindividu di Riau, serta mendorong penyelesaian konflik melalui jalur yang lebih bijak dan bermartabat.
(Redaksi)