Ketua Umum PDIP Megawati Bertemu Sekjen CC Partai Komunis Cina di Beijing

Ketua Umum PDIP Megawati Bertemu Sekjen CC Partai Komunis Cina di Beijing
Megawati berkunjung ke Beijing dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PDIP bertemu Xi Jinping selaku sekretaris jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (CC PKC).

BEIJING (RIAUTERBIT.COM)-Mengulangi sejarah masa lalu. Di mana Soekarno dulu berkiblat ke Peking, dan membangun poros "Jakarta-Peking". Sekarang, Megawati selaku Ketua Umum PDIP diterima secara khusus oleh Presiden Tiongkok alias Cina Xi Jinping, seusai ketua umum PDIP itu menghadiri diskusi Konferensi Khusus Partai-Partai Politik Asia tentang Jalur Sutra di Beijing, Kamis (15/10/2015).

Menurut Ketua Bidang Kelautan dan Perikanan DPP PDIP Rokhmin Dahuri, Megawati berkunjung ke Beijing dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PDIP bertemu Xi Jinping selaku sekretaris jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (CC PKC). "Pertemuan kedua pemimpin parpol berkuasa itu mencerminkan kuatnya hubungan kedua bangsa," kata Rokhmin.

Di tingkat partai, PDIP dan Partai Komunis Tiongkok juga memiliki sejarah kerja sama yang baik terlebih sejak nota kesepahaman ditandatangani kedua pihak tahun 2006.

Seusai diterima Presiden Xi Jinping, Megawati dan rombongan bertolak ke Korea Selatan untuk menghadiri penganugerahan doktor kehormatan (DHC) bidang politik dan demokrasi dari Universitas Maritim dan Kelautan Korea (KMOU) dan acara silaturahim dengan masyarakat Indonesia di Busan.

"Agenda lain Ibu Mega selama di Korea Selatan adalah menghadiri peresmian Taman Megawati di Pulau Jeju. Taman yang proses pembangunannya sudah berlangsung sejak 2013 itu didanai The WE Hotel dan Halla Hospital di Provinsi Pulau Jeju karena pemilik hotel dan rumah sakit itu kebeutulan adalah pengagum Ibu Mega," katanya.

Sebelumnya, saat berbicara pada sesi diskusi Konferensi Khusus Partai-Partai Politik Asia tentang Jalur Sutra, Kamis pagi, Megawati mendorong para anggota Konferensi Internasional Partai-Partai Politik Asia (ICAPP) berkontribusi aktif dalam upaya mencari penyelesaian atas berbagai persoalan regional dan global.

"Konferensi Internasional Partai-Partai Politik Asia (ICAPP) perlu merespons berbagai masalah penting seperti pemanasan global, ketegangan di Laut China Selatan dan konflik Timur Tengah, termasuk soal ISIS," katanya.

Dalam sesi diskusi yang mengupas topik "Kepemimpinan Politik: Konsensus Baru bagi Parpol" sebagai rangkaian kegiatan konferensi yang diselenggarakan Partai Komunis Tiongkok ini, Mengawati yang berbicara dalam kapasitasnya sebagai Ketua umum PDIP juga menggarisbawahi pentingnya konsensus.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, konsensus bahkan dipandang sebagai metode terbaik dan berawal dari Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, katanya pada sesi diskusi yang dipandu wakil Partai Komunis Tiongkok, Wang Junwei, dan Ketua Bersama ICAPP Jose de Venecia itu.

Kemampuan kalangan politisi yang tergabung dalam ICAPP untuk membangun demokrasi berbasis konsensus, menurut Megawati, akan dapat membantu mencari penyelesaian atas berbagai masalah.

Selain Megawati Soekarnoputri, setidaknya ada 24 orang pembicara lain yang menyampaikan pandangan mereka pada sesi diskusi yang merupakan bagian dari agenda konferensi yang diselenggarakan Partai Komunis Tiongkok di Hotel Beijing dari 14 hingga 16 Oktober itu.

Di antara para pembicara itu adalah Wakil Ketua Partai Kongres Nasional Sudan Hussain Muhammad Ershad, Anggota Komite Sentral Partai Motalefeh Islam Iran Hassan Fhafouri Fard, dan Wakil Ketua Parlemen Urusan Internasional Partai Sosial Demokratik Kirgistan Kadyrov.

Dibagian lain, Megawati dalam kunjungan ke Cina itu, sekaligus meresmikan pendirian Pusat Kerja Sama Indonesia-Tiongkok "Rumah Soekarno", di Shenzhen, Tiongkok, Senin (12/10) sebagai simbol eratnya hubungan kedua negara yang telah berjalan 65 tahun.

Peresmian ditandai pembukaan selubung yang menutupi batu marmer bertuliskan "Rumah Soekarno" di bagian depan dan pesan dari presiden ke lima Indonesia tersebut di bagian belakang.

Pesan yang terpahat pada batu marmer dengan panjang 1,8 meter, dan tinggi 1,4 meter tersebut berbunyi "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, di sini dibangun "Rumah Soekarno" (Pusat Kerja Sama Indonesia-Tiongkok) sebagai saksi mata tentang kekalnya hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Indonesia dan Tiongkok.

Semoga "Rumah Soekarno" ini mejadi salah satu tonggak bagi harapan yang lebih baik dan masa depan yang lebih cerah untuk kedua bangsa yang bersaudara. Tertanda Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Republik Indonesia.

"Ini merupakan saat yang membahagiakan bagi saya pribadi dan keluarga besar almarhum Soekarno, yang lebih dikenal dengan 'Bung Karno'. Pembangunan 'Rumah Soekarno' ini memiliki makna yang lebih mendalam serta melambangkan betapa eratnya hubungan bilateral kedua bangsa dan negara Indonesia-Tiongkok," kata Megawati, dengan suara tersedu, menahan haru.

Sementara itu, di tengah polemik tentang rencana pemerintah yang akan melakukan program "Bela Negara",  Din Syamsuddin mengatakan kebijakan pemerintah untuk tidak menjual aset negara kepada asing juga merupakan bagian dari birokrasi dalam tindakan bela negara.

"Tidak menjual aset negara kepada pihak luar itu juga termasuk bela negara," kata Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia di kantornya, area Tugu Proklamasi, Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Din mengatakan aset negara merupakan salah satu penopang kedaulatan suatu negara. Sehingga apabila aset itu sudah dikuasai asing maka kedaulatan suatu negara dapat terganggu. Lebih jauh dikatakannya, penjualan aset kepada asing dapat menghancurkan negara.

Asset negara sudah habis dijual kepada "Asing  dan A Seng" sejak zamannya Mega berkuasa, dan dilanjutkan oleh Jokowi. PDIP sudah tergerus rasa dan ideologi nasionalismenya.(*)


Sumber : voa-islam.com

Berita Lainnya

Index