Duh, Warga Kesulitan Dapatkan Masker saat Asap Masih Menggila di Riau

Duh, Warga Kesulitan Dapatkan Masker saat Asap Masih Menggila di Riau
Pekanbaru Ber Asap

RIAUTERBIT.COM - Entah sampai kapan kebakaran lahan bisa teratasi di Sumatera. Gawatnya, di saat rakyat terpapar asap, eh stok masker di Dinkes Riau habis.

Pasrah. Mungkin itulah yang bisa dirasakan masyarakat Riau. Sudah berjalan dua bulan 6 juta rakyat Riau terpapar asap. Berjalan tiga minggu, Riau berstatus darurat asap.

Janji BNPB yang sesumbar akan memadamkan kebakaran lahan di Sumatera cukup dua pekan, ternyata meleset. Hingga kini, kebakaran lahan di Sumatera masih terus berlanjut. Titik api paling banyak di Sumatera Selatan.


Hari ini, Sabtu (3/9/2015) misalnya, asap pekat sore hari kembali kepung Pekanbaru. Tadi pagi pukul 10.00 WIB jarak pandang sempat 700 meter. Eh sore hari jarak pandang kembali memburuk dengan jarak pandang hanya 200 meter.

Kendati asap pekat terus selimuti langit Riau, namun anehnya data dari Dinkes Riau pembagian masker hanya 200 ribu. Jumlah masker yang dibagikan ini tak sampai 10 persen dari 6 juta rakyat Riau.

Dinkes Riau selalu beralasan, bahwa masker masih diminta ke Depkes di Pusat. Pemprov Riau ternyata tidak menyediakan dana APBD sebagai antisipasi bila terjadi kebakaran lahan.

Dinkes Riau ternyata hanya berharap adanya kiriman masker dari pemerintah pusat. Kini, rakyat Riau menjerit asap yang tak kunjung hilang.


"Kita minta ke Posko Pemprov Riau dan Pemkot Pekanbaru, sama-sama tak ada masker. Ini pemerintah bagaimana, sudah tahu rakyat menderita karena asap, masak stok masker saja tak ada," gerutu Ihkwan (35) warga Pekanbaru yang mencoba meminta masker di posko kesehatan.

Kondisi yang sama juga dirasakan, masyarakat di Kabupaten Pelalawan dan Inhu. Dua kabupaten ini paling parah di Riau soal kabut asap. Jarak pandang di dua wilayah itu rata-rata setiap hari hanya 50 meter  sampai 100 meter.

"Sudah dua bulan terkepung asap, belum pernah kita terima bantuan masker dari pemerintah. Apa pemerintah kita mau membunuh rakyatnya perlahan ya," tutur Juhdi (38) warga Rengat, Inhu.


(cha/juf)

Berita Lainnya

Index