Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru Jumat malam, Titik Panas di Riau Naik 116 titik

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru Jumat malam, Titik Panas di Riau Naik 116 titik
Petugas memperhatikan layar monitor wilayah di Indonesia (Rizki Ambarsari)

Pekanbaru, (Riauterbit.com) - Jumlah titik panas atau hotspot, yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau naik drastis dari beberapa hari sebelumnya nihil menjadi 116 titik. Jumat (18/9).

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru Jumat malam, Riau menjadi daerah tertinggi ketiga dalam jumlah titik panas di Sumatera yang mencapai 471 titik.

Hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua menyatakan Provinsi Jambi paling banyak terdapat titik panas, dengan jumlah 166 titik, diikuti Sumatera Selatan (148 titik panas), Sumatera Barat (25 titik panas, Bengkulu (10 titik panas), dan Sumatera Utara (empat titik panas).

"Yang dipastikan adalah titik api kebakaran di Riau karena tingkat keakuratan di atas 70 persen ada berjumlah 82 titik panas. Penyebarannya paling banyak di Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 34 titik, Pelalawan sebanyak 32 titik panas, Kampar 10 titik panas, Indragiri Hilir empat titik panas, dan Kuantan Singingi dua titik panas," katanya.

Kondisi tersebut membuat polusi asap masih pekat menyelimuti sebagian besar wilayah Riau. Meski begitu, peluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang tidak merata disertai petir dan angin kencang pada malam atau dini hari terjadi di Wilayah Riau bagian Barat, Tengah, Utara dan Pesisir Timur.

Sementara itu, jarak pandang akibat asap terpantau pada pukul 18.00 WIB di Kota Pekanbaru hanya mencapai 500 meter. Kondisi asap parah juga terjadi di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu sehingga jarak pandang hanya 800 meter, Kabupaten Pelalawan 300 meter, sedangkan jarak pandang di Kota Dumai relatif lebih banyak yakni mencapai 2.000 meter meski terselimuti asap.

Riau sejak tanggal 14 September lalu berada dalam status darurat pencemaran udara akibat kebakaran lahan dan hutan. Sekitar 1.096 prajurit TNI sudah dikerahkan dari Jakarta untuk membantu proses pemadaman kebakaran, namun hingga kini masih belum menunjukan hasil yang menggembirakan.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau, Edward Sanger, menyatakan operasi helikopter bom air (water bombing) dengan menggunakan tiga unit helikopter pada Jumat terkendala kabut asap pekat yang mengakibatkan jarak pandang sangat terbatas.

"Menjelang petang sekitar pukul 15.00 WIB baru kami bisa terbangkan satu persatu setelah jarak pandang membaik menjadi 1.200 meter," kata Sanger.

Helikopter Camov dikerahkan untuk melakukan pengeboman air selama tiga jam di Kecamatan Kerumutan Pelalawan. Selanjutnya helikopter Mil Mi-17 diterbangkan mengebom air di lahan bekas terbakar di Air Hitam Pekanbaru dan Rimbo Panjang Kampar.

Kemudian, helikopter Sikorsky ke Indragiri Hulu namun tidak bisa optimal karena jarak pandang sangat buruk.(alam)

Berita Lainnya

Index