Tetap Berbaik Sangka Kepada Allah di Masa Sulit

Tetap Berbaik Sangka Kepada Allah di Masa Sulit
ilustrasi internet

RIAUTERBIT.COM -- Terkadang kita merasa sulit untuk tetap positif dan tetap berpegang teguh kalau akhirnya akan datang solusi atas masalah yang dihadapi. Kita mungkin memperhatikan bahwa perasaan sakit hati, cemas, takut, atau perasaan negatif lainnya akan bertahan lebih lama daripada perasaan-perasaan positif sepertk senang, bahagia atau gembira.
 


Aktivis komunitas Muslim Amerika Yaman, Hana Alasry mengatakan pengalaman untuk merasakan pikiran negatif ini bukanlah hal yang baru. Menurutnya, ini adalah fenomena yang telah dipelajari oleh para peneliti dan disebut "bias negatif". "Meskipun bias negatif penting untuk membuat kita tetap aman, bias itu dapat menyebar dan merusak diri sendiri.  Bias negatif yang kuat dapat menghasilkan citra diri yang negatif dengan pikiran seperti "Saya tidak pantas mendapatkan kebaikan" atau "tidak ada yang baik untuk saya".  Dan yang terburuk dari semuanya, itu sebenarnya bisa membuat Anda sakit mental dan bahkan fisik, " katanya dilansir dari About Islam, Rabu (2/12).
 


Bias negatif adalah kondisi yang berbahaya, kata Hana, yang kuat tidak hanya muncul dalam pikiran tentang pekerjaan, kehidupan rumah tangga, hubungan, atau kehidupan sosial Anda. Kondisi ini bahkan bisa muncul dan bahkan mengganggu kepercayaan kepada Allah. Hasil terburuk dari kondisi ini adalah kehilangan keyakinan.

Solusi Islami

Hana menyebut tema melawan bias negatif sudah ada dalam Islam bahkan sebelum studi psikologi ada. Satu tempat yang kita lihat adalah dalam hadits qudsi berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

Bias Konfirmasi

Hana mengatakan, Hadits ini mengisyaratkan konsep psikologis lain yang disebut "bias konfirmasi."Ini adalah saat Anda mencari hal-hal yang akan mengkonfirmasi atau mendukung keyakinan yang Anda miliki.

 Bias negatif dan konfirmasi adalah teman berbahaya yang saling menyatu.  Mereka menuntun seseorang pada keputusasaan, keputusasaan dan kepuasan diri.  Seseorang yang beriman dapat merusak hubungannya dengan Allah jika bias ini kuat.

"Jadi Allah memberitahu kita bahwa Dia adalah seperti yang kita pikirkan tentang Dia.  Allah akan selalu Maha Penyayang, Maha Adil, Penopang, Penyayang, dan semua sifat yang indah. Namun, bukan berarti kita akan selalu sepenuh hati beriman atau bertindak kepada Allah berdasarkan kualitas-kualitas-Nya, " katanya.

" Keyakinan kita tentang Allah dapat tunduk pada negativitas pribadi dan bias konfirmasi kita.  Tentu saja, ini adalah kegagalan di pihak kita, bukan kegagalan Allah, " tambahnya.

Hana menyebut, jika kita mencari kesempatan untuk berpikir baik tentang Allah, bias konfirmasi akan menguntungkan kita dan kita hanya akan melihat kebaikan.  Dan kemudian, kekuatan bias negatif akan semakin lemah.

"Tetapi jika Anda salah berpikir buruk tentang Allah, bias konfirmasi akan membuat Anda lelah dan bias negatif akan memakan Anda.  Jiwa tidak dimaksudkan untuk menampung negativitas seperti itu, sehingga penyakit fisik dan spiritual akan terjadi," ujarnya.

Pikirkan tentang Allah

Alquran mengingatkan kita untuk berpikir baik tentang Allah

Allah berfirman:

" Katakanlah, wahai Nabi, bahwa Allah berfirman,  Wahai hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap jiwa mereka!  Jangan putus asa dalam rahmat Allah, karena Allah pasti mengampuni semua dosa.  Dia memang Yang Maha Pemaaf, lagi Maha Penyayang.," (QS. Azumar : 53)

 Dalam Tahdhib Madarij as-Salikin, Ibn Al-Qayim menyebutkan sebagai berikut:

“Semakin Anda memiliki harapan dan harapan yang baik kepada Allah, semakin Anda akan mengandalkan dan percaya kepada-Nya," jelasnya.

Sebenarnya, memiliki harapan yang baik kepada-Nya mengarah pada mengandalkan dan mempercayai-Nya, karena tidak terpikirkan bahwa seseorang mempercayai seseorang yang memiliki harapan buruk atau tidak memiliki harapan. Dan Allah Maha Tahu. ”

Ibn Al Qayim juga menjelaskan dalam karya-karya lain bahwa mereka yang tidak memiliki harapan baik kepada Allah, akan jatuh ke dalam perangkap seperti percaya bahwa mereka rentan terhadap kejadian buruk yang menimpa mereka. Bahkan saat Allah telah menahan dari mereka apa yang benar-benar pantas mereka terima dan salahkan.

Maka ssbagai seorang mulim, menjadi kewajiban untuk tetap berbaik sangka kepada Allah atas masalah yang dihadapi. Umat Islam juga telah diajarkan bahwa setiap masalah atau kesulitan hang dihadapi manusia bisa menjadi cara menebus dosa.

 Nabi SAW berkata,  "Tidak ada kelelahan, atau penyakit, atau kesedihan, atau kesedihan, atau luka, atau kesusahan yang menimpa seorang Muslim, bahkan jika itu adalah tusukan yang dia terima dari duri, tidak ada selain Allah akan menebus sebagian dari dosanya untuk itu," (HR. Bukhari).(rep)

Berita Lainnya

Index