Hengky Suryawan, Anak Nelayan yang Jadi Juragan Kapal

Hengky Suryawan, Anak Nelayan yang Jadi Juragan Kapal
Hengky Suryawan dan Keluarga

Jakarta , (Riauterbit.com)-Terlahir sebagai anak nelayan di Tanjung Batu - Kepulauan Riau (Kepri), dunia Hengky Suryawan (67) tak jauh-jauh dari laut. Sejak masih duduk di bangku sekolah, Hengky sudah membantu orang tuanya menjual ikan hasil tangkapan. Tahun 1968, anak ketujuh dari 14 bersaudara itu mulai bekerja di kapal menjadi juru minyak yang menjaga mesin. Dari situlah dia belajar dan mengumpulkan pengalaman berlayar kesegala penjuru lautan Indonesia.

"Saya merasa bakat saya di laut. Tapi kalau ikut orang terus (kerja sebagai kru kapal), tentunya tidak bisa berkembang. Lebih baik saya buka perusahaan pelayaran supaya bisa punya banyak kapal," cerita Hengky saat ditemui di kantor cabangnya yang ada di Jakarta. Apalagi sepeninggal sang ayah, Hengky yang saat itu masih berusia 18 tahun harus memutar otak dan bekerja keras.

Sesuai pesan ayahnya, dia harus menjaga sang ibu dan adik-adiknya yang masih kecil. Bermodalkan uang simpanan Rp 1 juta dan pinjaman bank Rp1,5 juta, akhirnya Hengky berhasil membeli kapal pertamanya pada tahun 1971. Harta pertamanya itu hanya sebuah kapal kayu bermuatan 90 ton. Tapi dari situlah cikal bakal bisnis kapal dan pelayaran milik Hengky.

Kapal kayunya itu dioperasikan dari Tanjung Pinang ke Jakarta sebagai general cargo untuk mengangkut sembako. "Dulu di sana (Kepri) hanya ada satu kapal yang tujuannya ke Jakarta. Selebihnya ke Singapura. 70% pasokan sembako asalnya dari Singapura. Bayangkan, telur ayam saja impor," kisah ayah dari dua putra dan dua putri itu. Hingga pada tahun 1978 Hengky akhirnya mendirikan PT Takari Raya.

Sejak saat itu dia terus menambah jumlah kapal setiap tahunnya dan terus melebarkan sayap bisnisnya. Tidak hanya general cargo tapi juga jasa angkutan minyak, batu bara, pasir dan batu. Berkat kerja keras dan insting bisnis yang kuat, Hengky berhasil membangun kerajaan bisnis di bidang pelayaran dan galangan kapal.

Tahun 1991 dia mendirikan PT. Pelayaran Nasional Bahtera Bestari Shipping yang menaungi bisnis jasa angkutan laut. Setahun kemudian Hengky mendirikan PT Bintan Marina Shipyard yang bergerak di bidang perawatan dan reparasi kapal. Lalu pada tahun 2005 Hengky memiliki pabrik pembuatan kapal yang berada di bawah nama PT Bahtera Bahari Shipyard. Jadi mulai dari pembuatan kapal, operasional hingga maintenance dilakukan sendiri.

"Sebenarnya tantangan di bisnis kapal itu sangat banyak. Ada faktor cuaca, pencurian muatan, pembajakan, kapal tenggelam, dll. Tapi margin-nya bagus. Investasi kapal tiga tahun sudah bias balik modal. Kalau bisnis hotel mungkin 10 tahun saja belum balik modal," jelas Hengky ketika ditanya mengenai alasannya menggeluti bisnis kapal. Selain bisnis kapal dan pelayaran, Hengky juga punya puluhan bisnis di bidang lain seperti tambang batu bara, hotel, dan masih banyak lagi.

Saat ini Hengky memiliki 160 unit kapal yang melayani operasional angkutan laut. Sementara pabriknya sendiri mampu memproduksi rata-rata 80 unit kapal dalam setahun. Mulai dari kapal selam, LCT, tug boat, kapal tongkang, dsb. Ada yang berkapasitas 4.000 ton hingga 12.000 ton. Kapal produksinya diminati karena selalu ready stock.

Percayakan Bisnis Pada Generasi Penerus

Sekarang Hengky sudah menyerahkan seluruh urusan operasional perusahaan kepada tiga anaknya. Kantor pusat yang ada di Tanjung Pinang dipimpin oleh anak sulungnya Selamat Budiman (37). Sementara kantor cabang di Jakarta dipimpin oleh anak keduanya, Selamet Widodo (34). PT Bahtera Bestari Shipping juga punya kantor cabang di Singapura yang diserahkan ke anak ketiganya, Tresya (33).

Menurut anak keduanya - Widodo, kelebihan sang ayah adalah keberaniannya menyerahkan kepercayaan secara penuh kepada anak-anaknya. "Tidak masalah jika mereka melakukan kesalahan. Anggap saja itu biaya sekolah. Selagi saya masih hidup, kalau salah, mereka bias saya kasih tahu. Kalau sudah meninggal, kan tidak bisa," kata Hengky menanggapi opini putranya.

Di tengah perlambatan ekonomi global, bisnis kapal dan pelayaran termasuk salah satu segmen yang merasakan dampaknya. "Ketika bank-bank sudah tidak ada yang memberikan kredit lagi untuk bisnis kapal karena insight-nya sedang tidak baik, saya bersyukur BCA masih memberikan kepercayaan bagi saya," ujar Hengky yang sudah menjadi nasabah BCA kurang lebih 20 tahun ini.

BCA memang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan bisnis Hengky. Selama 10 tahun terakhir, Hengky memanfaatkan jasa kredit pembiayaan dari BCA untuk mengembangkan bisnis kapalnya. "Dari segi pelayanan saya merasakan BCA merupakan bank swasta yang paling profesional. Saya sangat puas dengan layanan BCA dan seluruh anggota keluarga saya pun menggunakan produk dan jasa BCA," ujar nasabah Solitaire BCA KCU Tanjung Pinang ini.

Melihat kisah perjalanan bisnisnya yang menakjubkan, dari juru minyak hingga menjadi juragan kapal, tentu banyak yang penasaran mengenai kunci sukses Hengky. "Berbisnis atau kerja sama kuncinya sama seperti bank yaitu jaga kepercayaan. Semua usaha yang penting itu komitmen, kerja keras, dan punya motivasi. Berorganisasi juga penting karena bias menambah wawasan. Bisnis itu bukan cuma modal tapi juga skill dan pengetahuan," tutup Hengky yang juga aktif di berbagai organisasi, di antaranya menjadi Ketua Walubi Provinsi Kepulauan Riau, Ketua Kadin serta Pembina Yayasan Teo Chew Tanjung Pinang ini.

(dtk)

Berita Lainnya

Index