Derita Nenek Maraya di Kampar, 2 Hektare Kebun Nanasnya Terbakar

Derita Nenek Maraya di Kampar, 2 Hektare Kebun Nanasnya Terbakar
Derita Nenek Maraya di Kampar, 2 Hektare Kebun Nanasnya Terbakar

Pekanbaru, (Riauterbit.com)- Kebakaran hutan dan lahan sudah memporak porandakan sektor ekonomi masyarakat kecil. Satu di antaranya, nenek Maraya (58) warga Kabupaten Kampar Riau. Kebun nenasnya seluas 2 hektare terbakar.

Senyum getir nenek Maraya menyapa wartawan saat berkunjung di rumahnya. Ibu dari 5 orang anak itu, terlihat pasrah. Matanya menerawang jauh melihat sekitar rumahnya yang terbakar. Hamparan kebun nenasnya sebagian besar pohonnya menguning.

Ada dua hektare, kebun nenas sebagian topangan ekonominya kini tak bisa diharapkan lagi. Kebun nenas yang diperkirakan akan panen mendekati Idul Adha ini, hanya tinggal harapan semata. Kebun nenas itu tak bisa dipanen, karena kondisinya terbakar dari rembetan kebakaran hutan yang mengepung rumahnya.

Rumah nenek ini berada di Dusun Tiga, Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. Rumahnya memang jauh dari pemukiman penduduk lainnya. Nenek ini hidup bersama anak dan cucu-cucunya.

Dua pekan terakhir, dia hanya tinggal berdua di rumah dengan anak lelakinya Iwan (37). Sedangkan anak-anak lainnya bersama cucunya, harus diungsikan karena dikepung kebakaran lahan.

"Anak dan cucu saya sudah mengungsi karena kebakaran ini. Saya biarlah menjaga rumah ini. Saya takut, kalau ditinggal, nanti kalau ada rembetan api tidak ada yang tahu," kata Maraya.

Harapan Maraya jelang Idul Adha bisa mendapatkan uang dari hasil panen nenas, kini sia-sia saja. Padahal selama ini, hasil kebun nenasnya mendatangkan penghasilan antara Rp 500 ribu sampai Rp 800 ribu setiap pekannya.

Di desa Rimbo Panjang ini, memang terkenal warganya bertani nenas. Nenas di kawasan ini cukup terkenal di Riau, karena manisnya. "Saya gagal panen karena kebun nenas terbakar," kata Maraya seakan pasrah.

Kebakaran lahan yang merembet ke perkebunan nenas ini tidak hanya menghilangkan mata pencaharian nenek tersebut. Namun juga keluarganya repot dalam menyelamatkan rumah. Sekeliling rumah terpaksa dibuat kanal sekat, walau hanya ukuran selebar cangkul.

"Kami siang malam menjaga rumah ini, agar tidak kena rembetan api. Kanal di buat untuk memutus rembetan api dari bawah tanah yang gambut," kata Iwan anak Maraya.

Imbas dari kebakaran lahan ini, nenek Maraya harus bersabar untuk kembali menata kebun nenasnya. Sebab, kebun nenas yang terbakar seluruhnya harus dicabut dan ditanam bibir baru.

Untuk satu hektare membutuhkan bibit sekitar 10 ribu batang dengan harga bibit nenas Rp 500 per batangnya. Setelah ditanam sekitar 8 bulan  sampai setahun berikutnya baru bisa dipanen. Tentu penanaman itu juga membutuhkan waktu sebulan.

Tidak hanya sekedar kehilangan kebun nenasnya. Sudah sebulan aliran listrik di rumahnya mati. Ini karena kabel listrik yang mengaliri ke arah rumahnya berharak  300 ke dalam dari jalan lintas Pekanbaru ke Kabupaten Kampar, kabelnya diputus. Pemutusan kabel listrik juga imbas dari kebakaran lahan.

"Kabel listrik ke arah rumah saya terpaksa diputus dan digulung lagi. Karena kalau tidak diputus, kabel listrik bisa terbakar," kata Maraya.

Sebenarnya, nenek ini juga mengaku sesak nafasnya karena sekitar rumahnya dikepung kebakaran lahan. Namun tak ada pilihan lain, dia tetap bertahan di rumahnya.

"Biarlah anak dan cucu saya yang mengungsi. Rumah ini biar saya yang jaga," kata Maraya.(cha/rvk/dtk)

 

Berita Lainnya

Index