BANGKINANG- Massa dari Aliansi Mahasiswa Kampar Bersatu (AMBK) yang berdemo pada Selasa, 18 Agustus 2020 lalu, meminta para pemimpin, baik eksekutif maupun lagislatif di Kabupaten Kampar mampu menjadi pemimpin yang melayani, mengayomi dan mengedepankan dialog serta musyawarah bukan malah berlagak seperti seorang bos.
"Tidak ada yang saya lihat pemimpin. Yang ada itu adalah bos," teriak salah seorang orator massa AMBK.
Para elit daerah ini diminta AMBK untuk membedakan sikap seorang pemimpin di jabatan publik dengan sikap seorang bos di suatu perusahaan.
"Tolong bedakan jadi pemimpin dengan jadi bos. Kalau kau ingin jadi bos, bikin perusahaan sendiri. Atur semaumu, karena itu uangmu," sindir sang orator.
Sebaliknya, kata orator AMBK, pemimpin publik adalah orang yang telah diberi amanah untuk melayani dan mengurus kehidupan rakyat agar bisa lebih baik dan semakin sejahtera dibawah sumpah atas nama Tuhan dan kitab suci.
Para pejabat juga mereka minta untuk mengingat proses mereka melakukan sumpah sewaktu hendak mengambil amanah menjadi pemimpin publik.
"Ketika disumpah, dilitakkan Al Qur'an di atas kepalanya. Boleh kita lihat, apakah kini mereka amanah atau tidak? Mereka seolah-olah mengesampingkan agama (sumpah)," ucap orator itu.
Dalam demonstrasi ini, AMBK menyampaikan empat point tuntutan. Diantaranya ialah mereka meminta pemerintah menganggarkan beasiswa bagi para mahasiswa berprestasi dan bagi mahasiswa kurang mampu. Lalu kedua, Pemda diminta untuk memperbaiki fasilitas kesehatan, sekaligus menyelesaikan persoalan-persoalan kesehatan masyarakat.
Ketiga, AMBK meminta Pemda memperbaiki jalan penghubung kecamatan di Kampar yang menurut mereka banyak akses kecamatan yang sangat tidak layak.
Terakhir, AMBK meminta Pemda tidak memperpanjang Hak Guna Usaha atau HGU perusahaan yang habis sekaligus mendesak diusut adanya dugaan calo perizinan MoU Perpanjangan izin HGU. (moreno/SGR)
