Menindaklanjuti Laporan Mahasiswa, Wakil Ketua DPRD Kampar Turun ke Sipungguk

Menindaklanjuti Laporan Mahasiswa, Wakil Ketua DPRD Kampar Turun ke Sipungguk
Wakil Ketua DPRD Repol mengunjungi Empang Uwai

BANGKINANG- Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kampar, Repol langsung turun menindaklanjuti laporan pendemo soal adanya keluhan masyarakat Desa Sipungguk, Kecamatan Salo, berkenaan banjir yang ditimbulkan oleh meluapnya air dari Empang Uwai pada waktu-waktu tertentu.

"Ada laporan kemarin dari para mahasiswa. Pagi ini kita kesini," ujar Repol, Rabu (19/8/2020).

Akibat ketinggian elevasi permukaan air Empang Uwai yang sering naik, warga yang berada di dekat empang ini sangat dirugikan. Kata warga, lahan kebun karet mereka terendam air. Sehingga untuk beberapa waktu mereka tidak bisa menggarap pohon-pohon karet untuk diambil getahnya. Tak ayal, kondisi ini berimbas pada asap dapur yang tidak bisa mengepul.

Salah seorang warga, Mansur (60), mengaku, kondisi kebun terendam air sudah ia alami sejak lebih kurang 5 tahun ke belakang.

"Tak dapat lagi rasanya untuk menyebutkan kesusahan yang kami alami akibat kejadian ini," ujar Mansur.

Mansur berharap, apa yang ia alami bersama para warga lainnya bisa menjadi perhatian pemerintah daerah. Mansur berharap ada solusi bagi situasi yang mereka alami itu.

Bahkan Mansur telah berupaya menggali terowongan di kebunnya agar debit air bisa berkurang agar kebunnya tidak terendam.

Tidak hanya Mansur yang mengalami kebun terendam air, warga-warga yang lain juga mengalami kondisi yang sama.

Kolam-kolam ikan warga juga beberapa ada yang gagal panen akibat kebanjiran efek dari naiknya ketinggian elevasi permukaaan Empang Uwai ini.

Bahkan seorang warga mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.

Kepala Desa Sipungguk, Abu Bakar, menyebut, pihaknya sudah beberapa tahun mengusulkan agar dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah ini kepada pemerintah. Namun, sebut dia, hingga kini, persoalan yang sama masih saja mendera warganya

Repol dalam kunjungan itu menemukan beberapa persoalan yang menyebabkan kondisi ini terjadi.

Diantaranya, terang Repol, ketinggian permukaan air di empang melewati elevasi wajar sehingga air meluap dan merendam areal kebun karet, kolam ikan hingga bahkan merendam rumah-rumah warga.

Kedua, Repol menemukan penjagaan pintu air yang belum maksimal sehingga tingkat buangan air tidak sesuai dengan air masuk (inflow) ke empang. Ketiga, ditemukan di lokasi, pintu air yang tidak berfungsi dengan baik.

Persoalan keempat yang menyebabkan peluapan air terjadi akibat adanya sedimentasi dasar empang sehingga kedalaman empang dan daya tampung air menjadi berkurang.

Setelah menginventarisir persoalan-persoalan itu, Repol kemudian memanggil pihak penanggungjawab pintu air empang untuk hadir dan sama-sama membicarakan solusi agar keluhan warga ini bisa dicarikan solusi.

Sutoyo selaku penanggungjawab penjagaan pintu air mengaku akan lebih mengintensifkan komunikasi dengan warga terutama pada cuaca hujan atau pada musim penghujan.

Repol menjelaskan, empat persoalan yang ia temukan di lokasi, memerlukan solusi yang dibaginya menjadi dua macam. Pertama solusi jangka pendek. Dan kedua solusi jangka panjang.

Adapun jangka pendek, kata dia, pihak penanggungjawab pintu air mesti memasang kembali pembuka pintu air agar sewaktu air naik, seketika itu juga bukaan pintu air bisa diperlebar sehingga kubikasi air keluar bisa mengimbangi debit air yang masuk ke empang.

Lalu, lanjut dia, pihak penjaga pintu juga lebih membuka komunikasi dengan warga lebih-lebih pada cuaca hujan.

Adapun solusi jangka panjang untuk persoalan ini, jelas Repol, pihaknya akan mengusulkan kepada provinsi agar dilakukan normalisiasi empang atau pengerukan guna mengangkat sedimentasi dasar empang.

Kata Repol, di pinggir empang juga akan diusulkan untuk dibangun tanggul sehingga air tidak meluber ke real kebun dan pemukiman warga.

Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kampar Bersatu atau AMBK yang sehari sebelumnya berdemo dan melaporkan persoalan ini ke Wakil Ketua DPRD Kampar itu juga turut hadir dalam kunjungan.

Mereka mengapresiasi langkah tanggap politisi asal Kampar Kiri itu dalam menyikapi persoalan dan aspirasi dari warga.

Sekilas tentang Empang Uwai ini. Empang ini adalah semacam bendungan sekala sedang yang dibangun oleh Belanda pada masa pra kemerdekaan. Di prasasti empang ini ditulis, dengan bahasa Belanda, Inlaat Uwai (Empang Uwai). Empang ini selesai dibangun pada 13 April 1934. Empang ini difungsikan untuk mengairi sawah-sawah milik warga.

Empang ini memasok air ke hampir 500 hektar sawah-sawah petani. Sehingga sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih pada kondisi empang, karena ini menyangkut dengan produksi beras daerah yang cukup besar.(mereno/SGR)

Berita Lainnya

Index