China Sebut AS Pelanggar HAM Terbesar di Dunia

China Sebut AS Pelanggar HAM Terbesar di Dunia
ilustrasi internet

RIAUTERBIT.COM -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dalam jumpa pers pada Kamis (16/7) kemarin mengatakan Amerika Serikat adalah 'pelanggar hak asasi manusia terbesar' di dunia, dan tuduhan atas pelanggaran hak asasi manusia di Provinsi Xinjiang sebagai 'kebohongan terbesar abad ini'.

Dilansir The Star, Jumat (17/7), Hua membantah pernyataan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang mengatakan bahwa AS akan memberlakukan pembatasan visa pada karyawan tertentu dari perusahaan teknologi China yang memberikan dukungan material kepada rezim yang terlibat dalam pelanggaran HAM di Xinjiang dan pelanggaran global.

Di bidang HAM, Pompeo menyebut China sebagai 'noda abad ini'.

"Faktanya, Amerika Serikat adalah pelanggar hak asasi manusia terbesar di dunia, dan tuduhannya tentang masalah HAM di Xinjiang adalah kebohongan terbesar di abad ini," kata Hua dalam konferensi pers rutin di Beijing.

"Pejabat AS harus merasa malu pada diri mereka sendiri dan media, serta warga AS harus merasa menyesal karena memiliki pejabat seperti itu yang penuh dengan kebohongan," tambahnya.

Hua mengatakan kinerja China dalam menangani masalah HAM bergantung pada rakyat China dan bukan bergantung pada politikus AS.

Hua mengatakan sejak Republik Rakyat China berdiri lebih dari 70 tahun lalu di bawah kepemimpinan Partai Komunis China. Negaranya telah mencetak prestasi luar biasa dalam mencari jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasionalnya sendiri.

Lebih lanjut Hua mengatakan selama empat dekade terakhir bahkan lebih, China mengalami peningkatan 25 kali lipat pendapatan per kapita, menyelamatkan 850 juta orang dari kemiskinan, dan berkontribusi di lebih dari 70 persen dalam upaya pengentasan kemiskinan global.

Di saat yang sama, Hua mengatakan China menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia tanpa menggunakan peperangan, kolonialisme, atau perbudakan, dan menjadi satu-satunya dari semua negara besar yang melakukannya. Selama lebih dari satu dekade berturut-turut, China menyatakan telah berkontribusi lebih dari 30 persen terhadap pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) global.

"Ini adalah proyek HAM terbesar, praktik HAM terbaik, dan kontribusi terbesar bagi upaya HAM," kata Hua.

Berkenaan dengan situasi HAM di AS, Hua mengatakan selama lebih dari 240 tahun AS berdiri, negara itu bebas dari perang hanya selama 16 tahun. Sejak 2001, AS telah melakukan perang dan aksi militer di negara-negara seperti Irak, Libya, Suriah, dan Afghanistan yang menyebabkan lebih dari 800 ribu kematian dan puluhan juta warga sipil terpaksa mengungsi.

Hua juga mengatakan bahwa etnis minoritas di AS, termasuk Afrika-Amerika, berada di situasi yang sulit.

"George Floyd bukanlah satu-satunya orang yang meninggal karena 'tidak bisa bernapas', (dia meninggal) karena diskriminasi rasial sudah menyebar di AS," kata Hua.

"Saya ingin tahu bagaimana Pompeo menghadapi fakta-fakta sulit ini, (apakah dia) memiliki kepercayaan diri untuk berbincang dengan China tentang HAM," tambahnya.

"Saya lebih suka menyarankan dia bertanya kepada George Floyd dan etnis minoritas lainnya tentang bagaimana mereka melihat kondisi HAM di AS, dan meminta (pendapat) mereka yang tidak bersalah dan kehilangan nyawa di Irak, Libya, dan negara-negara lain tentang bagaimana mereka melihat kinerja AS tentang HAM," tambah Hua.(sndo)

 

Berita Lainnya

Index