Olimpiade Tokyo Terancam Batal Akibat Virus Corona

Olimpiade Tokyo Terancam Batal Akibat Virus Corona
Foto Internet

TOKYO -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) membuka kemungkinan membatalkan gelaran Olimpiade Tokyo  2020 menyusul merebaknya penyakit virus corona jenis baru (Covid-19). IOC akan terus mengikuti perkembangan informasi terkait virus corona sebelum mengambil keputusan.

Sejumlah perhelatan olahraga Jepang yang seharusnya dilaksanakan dalam waktu dekat juga dibatalkan karena wabah virus corona. Salah satunya ajang sepak bola J-League yang ditunda hingga 15 Maret 2020. Tim nasional sepak bola U-23 dari Afrika Selatan juga menarik diri dari pertandingan persahabatan di Kyoto yang seharusnya berlangsung pada 22 Februari lalu.

Selain olahraga profesional, banyak kompetisi lokal, pertandingan antarsekolah, dan turnamen seni bela diri yang ditunda atau dihentikan. Tokyo Marathon yang akan digelar pada pekan ini dilaporkan hanya menampilkan beberapa ratus atlet elite. Sementara, sekitar 38 ribu peserta telah membatalkan partisipasi.

Selama sejarah Olimpiade, pembatalan acara pernah dilakukan hanya satu kali, yaitu pada 1940 karena perang Jepang dan Cina serta Perang Dunia II. Sebelumnya, Olimpiade di Rio De Janeiro, Brasil, pada 2016 sempat dibayangi ketakutan karena mewabahnya virus zika. Namun, perhelatan tetap dilangsungkan dan tak ada laporan kasus infeksi dari seluruh atlet yang ikut serta.

Anggota senior IOC, Dick Pound, mengatakan, Olimpiade Tokyo bisa saja dibatalkan jika dinilai terlalu berisiko untuk tetap dihelat di tengah mewabahnya virus korona. IOC bakal menunggu perkembangan terkini dalam satu atau dua bulan mendatang. Artinya, keputusan terkait kelanjutan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 baru akan diambil IOC pada Mei mendatang.

Selama periode tersebut, kita harus bertanya-tanya apakah kita cukup yakin untuk pergi ke Tokyo atau tidak? Banyak hal mulai terjadi hingga saat ini," kata Pound kepada Associated Press, Rabu (26/2).

Pound mengatakan, apabila Olimpiade Tokyo 2020 terancam mundur dari jadwal yang telah ditetapkan, IOC bakal lebih memilih langkah untuk membatalkan daripada menunda atau memindahkan lokasi penyelenggaraan. "Anda mungkin akan lebih mempertimbangan pembatalan,'' kata Pound, yang merupakan mantan atlet renang asal Kanada dan telah menjadi anggota senior IOC sejak 1978.

Dalam dua bulan terakhir, penyebaran virus korona kian mengkhawatirkan. Wabah virus yang dimulai di Wuhan, Cina, tercatat telah menginfeksi 80 ribu orang dan telah menyebabkan 2.700 orang meninggal dunia. Virus itu pun telah menyebar ke sejumlah negara. Sejumlah negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa terus melaporkan adanya kasus positif virus korona di negaranya. Bahkan, di Jepang, empat orang dilaporkan telah meninggal dunia karena virus korona.

Rencananya, Olimpiade Tokyo 2020 akan dibuka pada 24 Juli dan berakhir pada 9 Agustus mendatang. Sekitar 11 ribu atlet dari 206 negara diperkirakan ambil bagian dalam pesta olahraga terbesar sejagat tersebut. Kendati perhelatan Olimpiade berada di bawah bayang-bayang virus korona, Pound meminta para atlet terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik di ajang Olimpiade Tokyo 2020.

"Sejauh ini, yang kami tahu adalah kami akan tetap ke Tokyo. Belum ada indikasi yang membuat kami harus mengambil langkah-langkah berbeda. Jadi, untuk para atlet, tetaplah berlatih, persiapkan diri kalian, dan yakinlah IOC tidak akan mengirimkan Anda ke situasi pandemi,'' tutur Pound.

Pound menambahkan, IOC terus berkonsultasi dan menunggu rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait kondisi penyebaran virus korona. Rekomendasi WHO itu akan sangat menentukan nasib perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.

Meski opsi penundaan terbuka, Pound menilai hal tersebut akan sangat sulit dilakukan. Sebab, Jepang sudah sejak lama melakukan persiapan. Selain itu, penundaan dikhawatirkan mengganggu jadwal kompetisi tahunan sejumlah cabang olahraga. ''Anda tidak bisa begitu saja menunda sesuatu dengan skala sebesar olimpiade." (rep)

Berita Lainnya

Index