Gubernur Andi Rachman Optimistis Riau Pusat Peternakan Sapi Terintegrasi

Gubernur Andi Rachman Optimistis Riau Pusat Peternakan Sapi Terintegrasi
Gubernur Arsyadjuliandi Rachman melihat seekor sapi induk dalam satu kegiatan yang ditaja Dinas Peternakan Riau beberapa waktu lalu.

RIAUTERBIT.COM - DI BAWAH kepemimpinan GubernurArsyadjuliandi Rachman terobosan diterapkan Pemerintah Provinsi Riau dalam meningkatkan produksi peternakan sapi. Melalui Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab), dengan hanya mengoptimalkan sapi indukan yang ada, memberi nilai tambah hingga Rp55 miliar pada peternak.


Upsus Siwab dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak dalam memenuhi kebutuhan produk ternak dalam negeri. Ini direalisasikan dengan kegiatan yang terintegrasi untuk percepatan populasi sapi dan kerbau secara berkelanjutan.


Program tersebut dituangkan dalam peraturan Menteri Pertanian No. 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian pada tanggal 3 Oktober 2016.


Program ini memiliki tujuan mewujudkan komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada daging sapi yang ditargetkan tercapai pada 2026 dan mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal hewan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat.


Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menargetkan, Riau bisa menjadi pusat peternakan sapi yang terintegrasi. "Riau memiliki luasan kebun sawit yang mencukupi menjadi bahan pakan sapi. Ini potensi yang bisa kita kembangkan dan integrasikan dengan program kita memaksimalkan potensi yang ada pada peternak," kata Andi Rachman, begitu gubernur akrab disapa.


Tahun 2016 lalu, melalui Upsus Siwab sudah ada penetapan kawasan strategis sapi di Riau dengan pendekatan integrasi sapi dengan tanaman sawit, sagu, dan tanaman pangan lainnya.


"Masterplan peternakan ditetapkan dengan prioritas daerah dari 1 hingga 12. Riau dapat target, 5.6208 sapi betina, dalam kategori sebagai induk. Kami harus setor 36.535 kebuntingan tahun 2017," jelas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau Askardiya R Patrianov Rabu (30/1).


Konsep dasar penerapan Upsus Siwab ini adalah gerakan massal dengan target operasi ternak betina. Baik melalui inseminasi buatan maupun kawin alam yang menghasilkan ternak yang sudah bunting dan menambah populasi ternak yang ada dengan signifikan. "Dampaknya pendapatan peternak,"imbuhnya.


Penekanan dalam penerapan program ini adalah pemaksimalan sapi dengan anggaran yang tersedia. Jika menambah ternak baru dengan membeli harus mengeluarkan anggaran hingga Rp11 juta per ekor. Dengan Upsus Siwab biaya yang diperlukan hanya Rp1 juta termasuk asuransi hewan untuk biaya pembuntingan.


Program ini diterapkan dengan memilah populasi sapi jantan dan betina antara yang produktif dan tidak. Jantan yang baik akan dijadikan induk sementara yang tidak akan dimanfaatkan dagingnya untuk dijual. Sementara betina akan diperiksa alat reproduksinya. Jika ditemukan bermasalah akan diobati hingga baik.


Di Riau program Upsus Siwab terbagi atas layanan inseminasi buatan untuk Rokan Hulu, Indragiri Hulu, Kampar Kuantan Singingi, Siak, Dumai dan Pekanbaru. Sementara kawin alam di Rokan Hilir, Bengkalis, Pelalawan, Meranti dan Indragiri Hilir.


Dalam program yang dibiayai oleh APBN sebesar Rp.13.185.877.000,00,- dan APBD Rp8.900.000.000,00,- ini dicapai target bunting hampir 40 ribu ekor sapi. Ini dengan kelahiran sapi baru 15 ribu ekor.


"Ini wajib lahirnya 25 ribu ekor. Program ini sangat bagus, paling lama kelahiran terjadi juni. Karena lahir tidak beraturan," imbuhnya.


Pada program ini, Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan aktif mendatangi peternak-peternak yang memiliki sapi siap untuk dibuntingkan. Biaya Rp1 juta diperlukan untuk tiap sapi dengan rincian mulai dari Obat (antibiotik dan vitamin), Hormon, Vaksin, Operasional Petugas hingga sarana dan Prasrana inseminasi buatan.


Jika dikalkulasikan, nilai anak sapi yang sudah bisa dipisah dari induknya rata-rata per ekor Rp5 juta, dengan jumlah anak yang lahir per estimasi kelahiran 25.677 ekor di tahun 2017, dihasilkan total sekitar Rp77 miliar.


"Dengan biaya hanya sekitar Rp22 miliar, ada keuntungan Rp55 miliar yang didapatkan peternak," papar Patrianov.


Ini merupakan program unggulan yang akan dijalankan Dinas Peternakan Provinsi Riau ke seluruh kabupaten dan kota di Riau. Namun yang jelas target kebuntingan dan kelahiran melebihi target nasional.

"Bahkan Riau menerima penghargaan sebagai daerah nomor dua perkembangan sapi se-Indonesia, ini capaian yang sangat baik untuk petani Riau," ujar Patrianov.(*)

Berita Lainnya

Index