Begini Kapal Caledonian Sky Bisa Masuk Raja Ampat dan Rusak Karang

Begini Kapal Caledonian Sky Bisa Masuk Raja Ampat dan Rusak Karang

RIAUTERBIT.COM - Kapal pesiar MV Caledonian Sky kandas dan merusak area karang di Raja Ampat, Papua Barat. Bagaimana kapal pesiar itu bisa masuk ke perairan dangkal dan merusak karang Raja Ampat?

Kepala Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Sorong Jhonny Rumbu Silalahi mengatakan kapal yang membawa seratusan turis dari berbagai negara itu masuk ke Papua setelah berwisata ke kawasan Papua Nugini.

"Kapal itu sebelumnya mengunjungi Solomon Island, Papua Nugini. Kemudian masuk ke Raja Ampat, Papua Barat," kata Jhonny saat berbincang di atas kapal di perairan Raja Ampat, Kamis (16/3/2017).

Untuk diketahui, perjalanan ini diupayakan oleh Dirjen Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Karliansyah. Dia membawa beberapa tim penyelam gabungan untuk melakukan pendataan ulang kerusakan karang akibat kandasnya MV Caledonian Sky.

Kembali lagi ke soal masuknya MV Caledonian Sky ke Raja Ampat. Dijelaskan Jhonny, mekanisme masuknya kapal pesiar berbobot 4.200 gross ton itu melalui beberapa tahapan. Sebelum masuk, pihak kapal menghubungi agen untuk melakukan pengurusan di kedutaan.

"Agen ini, begitu ada kapal asing datang, urus ke kedutaan. Kemudian nanti ada pemberitahuan kedatangan kapal asing (PKKA). Kemudian dilihat rutenya. Setelah dicek rutenya, barulah kapal itu boleh masuk ke Indonesia," kata Jhonny.

Ia menjelaskan, kapal MV Caledonian Sky itu saat hendak ke Raja Ampat masuk melalui Jayapura. Di sana, kapal itu menjalani pemeriksaan oleh petugas.

"Kondisi kapal diperiksa, kemudian bagian Imigrasi juga memeriksa. Ada juga pemeriksaan karantina dan lain-lain. Di Jayapura ini pemeriksaan makan waktu satu hari," katanya.

"Setelah clear, barulah kapal pesiar itu menuju Raja Ampat. Begitu tiba di Raja Ampat, kapal ini diperiksa lagi, termasuk pemeriksaan rute," tambahnya.

Jhonny melanjutkan, setelah diperiksa dan diberi izin, barulah kapal tersebut bisa melakukan aktivitas wisata untuk penumpangnya di Raja Ampat pada 3 Maret 2017. Namun sayang, kapal tersebut kandas karena terjebak air laut yang surut dan menghantam area karang di bawahnya.

Jhonny menduga, kandasnya kapal tersebut karena faktor human error. Sang nakhoda membawa kapal tersebut bergeser dari rute yang telah ditetapkan sejauh setengah mil.

"Menurut saya, kesalahannya ada di nakhoda, karena bernavigasi tidak sesuai rencana. Dia juga tidak memperhatikan faktor alam, yakni pasang-surutnya air," ujarnya.

Jhonny menambahkan, butuh waktu 12 jam agar kapal itu bisa keluar dari lokasi kandasnya.

"Dia kandas pukul 10 pagi (waktu setempat), kemudian sudah coba untuk keluar, namun tidak bisa dan menghantam karang, sehingga akhirnya menunggu air laut naik. Akhirnya pada pukul 23.06 (waktu setempat), pada 5 Maret 2017, barulah kapal itu bisa keluar dan melanjutkan perjalanan ke Filipina," jelas Jhonny.(dtc)

Berita Lainnya

Index