LAMR Beberkan Aturan Penggunaan Tanjak Oleh ASN Siak

LAMR Beberkan Aturan Penggunaan Tanjak Oleh ASN Siak
Lembaga Adat Melayu Riau Kabupaten Siak mendukung kebijakan pemerintah daerah setempat untuk menggalakkan pemakaian "tanjak" di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kembali mempopulerkan ikat kepala tersebut dikalangan masyarakat.

RIAUTERBIT.COM- Lembaga Adat Melayu Riau Kabupaten Siak mendukung kebijakan pemerintah daerah setempat untuk menggalakkan pemakaian "tanjak" di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kembali mempopulerkan ikat kepala tersebut dikalangan masyarakat.

Ketua Majlis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Siak Zulkifli ZA menyatakan bahwa zaman dahulu tanjak biasa dipakai masyarakat Melayu diseluruh lapisan strata sosial, baik dilingkungan kerajaan, bangsawan maupun masyarakat awam.

"Begitu meninggalkan rumah, orang Melayu biasa mengenakan tanjak. Fungsinya sebagai penutup kepala dari gangguan udara maupun ranting," kata Ketua Majelis Kerapatan Adat LAMR Kabupaten Siak Zulkifli di Siak, Sabtu.

Zulkifli menyatakan akan memberi dukungan penuh terhadap kebijakan Bupati Siak. Sebab kata dia pada dasarnya memakai tanjak dan baju Melayu akan memberikan kewibawaan dan dampak psikologis bagi pemakainya.

Namun demikian ia mengingatkan agar pemakaian ikat kepala itu dilingkungan ASN harus tetap disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan adat yang berlaku.

"Saya mendukung ide untuk menjadikan Kabupaten Siak sebagai pioner menggalakkan kembali budaya ber"tanjak" di Provinsi Riau. Sebab kita sudah punya grand design kebudayaan Melayu. Namun demikian nantinya, untuk ASN saya sarankan agar jangan terlampau tinggi tanjaknya, supaya dapat dibedakan mana yang tanjak adat dengan pakaian harian," jelasnya.

Sebab tanjak dianggap lambang kewibawaan dikalangan masyarakat melayu. Dimana semakin tinggi dan kompleks bentuknya, menunjukkan semakin tinggi pula status sosial sipemakainya.

Dia menuturkan, tanjak awalnya berbentuk ikat biasa, namun orang Melayu zaman dahulu yang aktif dibidang gerak tangan muncul kreasi bentuk dengan nama tebing runtuh, belalai gajah, pial ayam, elang menyongsong angin dan lainnya.

Sayangnya kata pria yang lama bergelut dengan kesenian dan kebudayaan melayu Riau ini, beberapa nama ikat di zaman kerajaan tersebut bentuknya sudah sulit ditemukan.  

"Di lingkungan Kerajaan Siak dulu yang cukup populer diantaranya ikat pial ayam yang biasa dipakai para panglima, dan ikat elang menyongsong angin dipakai datuk lima puluh. Sedangkan khusus datuk pesisir ciri khasnya ikat hangtuah," jelasnya lagi.

Ikat elang menyongsong angin ini kata dia, melambangkan kebijaksanaan dan kecermatan elang memainkan gerak angin, sementara ikat hang tuah melambangkan ketegasan.

Sementara untuk warna sebut Zulkifli, tanjak adat biasanya berwarna hitam, dan untuk pengantin disesuaikan dengan pakaian.

"Biasanya ikat pengantin itu ikat hangtuah, namun sekarang banyak yang meniru ikat dendam yang sudah populer di Malaysia," sebutnya.

Tanjak beberapa minggu terakhir menjadi trend dan kalangan muda di Kabupaten Siak mulai "demam" memakai tanjak. Setiap hari pengrajin lokal di pasar seni Kesturi dibuat kerepotan dengan ramainya pesanan yang datang.

Ikat kepala khas orang Melayu itu menjadi populer setelah Bupati Siak Syamsuar menerapkan kebijakan pemakaian tanjak dikalangan ASN dan kembali melestarikannya sebagai identitas kebudayaan. (ant)

Berita Lainnya

Index