Soal Statusnya di Golkar, Eka: Saya Mundur, Bukan Dipecat

Soal Statusnya di Golkar, Eka: Saya Mundur, Bukan Dipecat
Eka Sumahamid

BANGKINANG. Eka Sumahamid menyebut bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai Sekretaris Golkar Kampar. Dia juga mengatakan dirinya tidaklah dipecat seperti yang dituduhkan sejumlah pihak. Demikian yang disampaikan Eka kepada wartawan, Selasa (27/9) sore.

 

Lebih lanjut Eka menegaskan mundurnya ia dari Golkar adalah sebuah sikap yang menunjukan betapa ia tidak rela partai sebesar Golkar hilang marwah dan 'digadaikan' oleh oknum-oknum yang hanya mengejar keuntungan sesaat dan bermental  transaksional dalam memimpin partai beringin ini.

 

"Walaupun saat ini saya mundur dari Golkar, tapi darah saya tetap kuning. Niat untuk membesarkan Golkar tetap terpatri dalam jiwa saya. Suatu hari saya akan kembali dan akan membesarkan Golkar sesuai takdir Golkar yang memang besar dan bermarwah," tegas Eka.

 

Ditambahkan Eka, keluarnya ia dari Golkar juga sebagai tindakan tegas bahwa ia tidak sejalan dengan oknum-oknum di tubuh Golkar saat ini yang bobrok dalam memimpin Golkar di segala bidang.

 

"Semua lini kepemimpinan Golkar saat ini amat bobrok, baik dari aspek leadership, pengkaderan di internal Golkar juga amburadul selama kepemimpinan Ahmad Fikri," ungkap Eka lagi.

 

Selanjutnya Eka menganggap Fikri juga lemah menjaga dan merawat mesin-mesin politik Golkar hingga ke basis-basis terkecil Golkar  di desa-desa.

 

"Bobroknya kepemimpinan Ahmad Fikri juga terjadi di parlemen. Itu juga yang menyebabkan lemahnya kepemimpinan dan fungsi DPRD dalam mengawal jalannya Pemerintahan  Kabupaten Kampar," cetus pria yang sekampung dengan Jefry Noer ini.

 

"Nilai kepemimpinan Fikri baik selaku ketua DPD II Golkar maupun sebagai Ketua DPRD pas-pasan dan tidak mumpuni," terang Eka.

 

Kemudian Eka menilai proses demokrasi di tubuh partai Golkar di bawah kepemimpinan Ahmad Fikri juga tidak berjalan. Sehingga kata Eka,  tatkala memutuskan sikap politik Golkar, terutama dalam menyongsong Pilkada Kampar 2017 tidaklah mengedepan asas-asas demokrasi yang selama ini dijunjung tinggi oleh Golkar.

 

"Bayangkan saja, proses demokratisasi yang selama ini yang menjadi nyawa partai saja sudah diabaikan oleh Ahmad Fikri dan kawan-kawanya dalam menakhodai Golkar. Buktinya, lihat bagaimana keputusan mereka dalam menentukan sikap politik dalam Pilkada ini telah membuat Golkar retak. Karena prosesnya tidak demokratis, tentu saja sulit diterima oleh kader,"  beber mantan Ketua Hipemari ini.

 

Eka juga menuturkan keputusan untuk mundur dari kepengurusan Golkar ini adalah sebuah keputusan yang telah mantap dan penuh pertimbangan. Dia berujar  akan mengarahkan gerbongnya untuk memenangkan pasangan Ardo-Khairuddin.

 

"Mundurnya Eka Sumahamid dari Golkar juga akan diikuti oleh gerbong saya. Semua orang sudah tau kemana gerbong saya akan saya arahkan. Sekali lagi saya tegaskan ini  adalah sikap Eka Sumahamid, dan saya siap dengan segala konsekuensinya," tutup Eka, pria rupawan ini. (ek)

Berita Lainnya

Index